1. Dibangun baginya Rumah di Syurga:
Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat sunah antara waktu Maghrib dan Isya sebanyak dua puluh rakaat maka Allah SWT. akan membangun bagi mereka-mereka rumah di Syurga. (HR. Ibnu Majah dari Aisyah r.a.)
2. Akan diganjar dengan pahala yang nilainya setara dengan ibadah selama 12 tahun:
Abu Hurairah r.a. berkata, bahwasanya Rasulullah saw mengatakan, bilamana umatku menyelenggarakan shalat sunah diantara shalat Maghrib dengan Isya sebanyak enam rakaat kemudian mereka tidak berbicara hal yang buruk-buruk diantara shalat-shalat yang sedang mereka kerjakan maka nilainya sama dengan melaksanakan ibadah sepanjang 12 tahun. (HR. Ibnu Majah)
Senin, 30 Agustus 2010
Kamis, 29 Juli 2010
Seputar lahirnya IMAM umat Manusia
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim".( QS. Al Baqarah: 124)
Dari Rasulullah saw., Abu Abdillah ra., menceritakan kisah tentang kelahiran IMAM seluruh umat manusia yaitu IBRAHIM as. Di Kaldaniyyun Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq, berkuasa seorang raja yang pemerintahannya sangat dipengaruhi oleh orang-orang dekatnya. Salah satu tangan kanannya adalah Azar, ia seorang ahli nujum yang sangat berpengaruh di zaman itu apapun usulan atau ramalan yang di buatnya akan selalu di dengar oleh sang baginda raja Namrud bin Kan’an.
Suatu ketika sewaktu mereka berkesempatan bincang-bincang di sore hari, disela minuman hangat sambil bersenda gurau dengan sang raja, dia menyampaikan ramalannya kepada raja Namrud. Baginda katanya, hasil terawangan yang kulakukan beberapa waktu lalu, akan LAHIR seorang anak manusia berkelamin laki-laki, anak ini sungguh punya kemampuan luar biasa, dia akan sangat mempengaruhi kepopuleran baginda dan malah punya kecendrungan untuk merontokkan kekuasaan baginda nantinya sekaligus dia akan menghancurkan agama yang kita anut sekarang ini dan akan menggantikannya dengan agama yang baru.
Azar! baginda berucap, engkau tidak salah dengan ramalanmu, itu?
Bukan di daerah kekuasaanku ini kejadian yang akan terjadi dalam TERAWANGANmu tersebut, kan?
Sang Raja mulai sedikit terpengaruh oleh ramalan sahabatnya itu, tapi masih mencoba menahan getaran hatinya, sehingga dia masih bisa menyamarkannya, jadi kewibawaannya dihadapan sang ahli Nujumnya masih mampu dia jaga.
Agak sedikit ragu Azar memberi jawaban, tapi dia kuatkan hatinya, dengan suara lirih dia menjawab, yang saya lihat, anak tersebut memang akan muncul di daerah kekuasaan baginda. Tapi baginda tidak perlu cemas terhadap peristiwa yang akan terjadi nanti, beberapa hari ini saya mencoba mencari solusi jika memang benar kelak bayi lelaki tersebut lahir.
Solusinya begini, kita terpaksa harus memisahkan antara pria dewasa dengan perempuan dewasa sehingga tidak akan pernah terjadi kehamilan bagi pasangan yang telah menikah.
Oke jawab, Namrud, panggil pembantu-pembantuku semuanya, semua staf kerajaan menghadap rajanya, dia mengeluarkan maklumat, mulai detik ini semua laki-laki dewasa tidak boleh serumah dengan istri-istrinya, siapa yang melanggar perintahku, mereka harus di pancung dan bagi yang melahirkan bayi laki-laki, bayi tersebut harus di bunuh. Semua staf kerajaan menyampaikan perintah rajanya kepada rakyat, tentunya dengan berbagai macam ancaman.
Istri Azar sebetulnya saat itu sedang hamil tua, tapi itulah KEKUASAAN ALLAH AZZA wa JALLA, kehamilannya tidak kentara sama sekali, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu bahwa dia sedang hamil dan kelahiran bayinya hanya tinggal menunggu waktu.
Maklumat raja, itu sebab istri Azar sementara waktu mengasingkan diri dari suaminya, dia pilih sebuah GUA, yang jauh dari keramaian, sukar di raih oleh binatang buas, untuk sementara menurutnya, dia beserta bayi di dalam perutnya aman dari penglihatan manusia dan juga aman dari gangguan binatang buas.
Persalinan pun tiba, istri Azar, melahirkan seorang bayi laki-laki, putih bersih, dan seakan-akan mengerti bahwa kehadirannya tidak disukai di negeri itu sehingga bayi tersebut tidak bersuara saat dia menikmati pertama kali dunia ini, tiada tangis bayi, ibunya sangat bersyukur atas keajaiban tersebut. Dia bersegera membersihkan bayi merah dari noda darah yang masih menempel, menyimpan ari-arinya, memotong tali pusar dan akhirnya membedung bayi tersebut dengan kain yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk menghindari dari dinginnya udara saat itu.
Beristirahat sejenak, Ibunda Ibrahim as. selanjutnya mengelilingi gua, mengamati dengan seksama keamanan buah hatinya dari kehadiran manusia dan binatang buas. Merasakan sang buah hati aman untuk ditinggal beliau kemudian pulang ke rumah dan mengerjakan kegiatan rumah tangganya seperti sediakala, begitu hari demi hari berjalan.
Sepeninggal Ibunda, sang bayi merah jika merasa haus, dia di bimbing oleh Kekuasaan Allah SWT. sehingga ibu jari tanggannya secara otomatis menempel di bibir mungilnya, dari jempol tersebut Yang Maha Rahman dan Rahim memancarkan air susu, itulah yang membuatnya selalu terlelap dalam tidurnya sehingga dia jarang sekali terjaga dalam malam.
Akhirnya Ibrahim as. tumbuh jadi remaja dewasa dan besar di dalam Gua selama lebih kurang 13 tahun. Suatu ketika kebosanan melanda dirinya, saat waktu besuk ibundanya ke Gua tiba dia mohon dengan sangat agar dia di bolehkan menyertainya keluar dari Gua tersebut. Rasa iba yang dalam terpancar dari raut wajah sang Bunda, tapi rasa iba tersebut dia kubur dalam-dalam, nak katanya, bukannya aku tak mau engkau ikut bersamaku, tapi lingkungan dan keadaan yang memaksa Bunda harus mengasingkanmu di Gua ini, demi keamanan engkau juga, nak. Tapi, Insya Allah, Bunda janji padamu, akan kucari akal bagaimana engkau bisa menikmati hari-harimu, seperti anak-anak lainnya. Saat ini sangat beresiko bagi Bunda, jika salah engkau bisa di bunuh dan kepalamu akan di penggal oleh orang-orang suruhan kerajaan. Alasan yang di buat Bundanya coba di mengerti oleh remaja uisa 13 tahun, ya Bunda semoga engkau punya jalan keluar bagiku dan semoga Tuhan memberikan jalannya bagimu.
Kala itu hari menjelang petang, matahari mulai tenggelam, jam pertemuan ibu dan anak sudah berakhir, sedih melanda dirinya. Malam tiba, bintang zuhrah terlihat di langit biru, Ibrahim remaja berkata inilah Tuhanku, ketika bintang itu mulai lenyap dari penglihatannya, hatinya berbisik, apakah Tuhan juga tenggelam ke dasar bumi? Ketika bulan menyinari malam, Ibrahim dengan riangnya anak remaja berkata; Tuhanku muncul…Tuhanku muncul…senang hatinya, Tuhan bersamanya lagi. Saat dia terjaga dari tidur lelapnya dan dirinya tidak mendapati sinar bulan…dia lemas…Tuhan, bukanlah seperti bulan, tidak mungkin seperti itu, itu pasti, kata batinnya. Dia kembali tidur, terbangun dirinya saat cahaya mentari masuk lewat mulut Gua…ini pasti Tuhan sinarnya menyinari seluruh alam, lebih besar dari bintang maupun bulan, ketika malam menjelang seiring dengan kepulangan Ibunya dari Gua, mentaripun tenggelam…oh…aku rasa ini juga bukan Tuhan.
Ibrahim adalah putera Aaazar bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh as.
Kamis, 15 Juli 2010
Baca dan Pahami Al Quran, Allah SWT akan Memuliakan Kita
Sabda Rasulullah saw:
Innallaaha yarfa’u bihadzal kitaabi aqwaamaa wa yadha’u bihi a khariina
Sesungguhnya Allah dapat mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Quran (kitab) dan menghinakan kaum yang lain dengan Al Quran juga.
Contoh kasus dari sabda Rasulullah saw. diatas kita ketengahkan suatu peristiwa pengangkatan seorang budak yang telah di merdekakan oleh kaum muslimin untuk menjadi pemimpin. Budak tersebut setelah di merdekakan, memeluk islam kemudian dia mempelajari Al Quran sehingga dia mampu membaca Al Quran dan juga memahami ilmu yang terkandung di dalamnya.
Di masa kekalifahan Umar bin Khatab, beliau mengangkat Nafi’ bin Abdul Harits sebagai perpanjangan tangan kepemimpinan beliau di Mekah. ‘Usfan adalah suatu lembah yang semasa itu termasuk bagian dari Mekah, oleh Nafi’ bin Abdul Harits, diangkatlah seorang yang bernama Ibnu Abza, dia seorang budak yang telah di merdekakan oleh kaum muslimin di kala itu untuk menjadi pemimpin disana.
Ibnu Abza setelah di merdekakan sebagai budak mempelajari Al Quran dengan tekun sehingga dia bisa membaca dan memahami isi atau kandungan dari Al Quran dengan baik. Diantara sekian banyak penghuni lembah ‘Usfan, dialah yang berjiwa pemimpin dan pemeluk islam yang kuat pemahamannya tentang Al Quran.
Suatu hari Umar bin Khatab bersilaturrahim kekota Mekah, bersama dengan Nafi’ bin Abdul Harits pimpinan Mekah yang ditunjuk oleh beliau, mereka berkesempatan bersilaturrahim ke berbagai wilayah Mekah salah satunya adalah ke lembah ‘Usfan.
Umar bin Khatab selaku pimpinan tertinggi umat islam kala itu bertanya pada Nafi’, lembah ini bagus sekali, siapa yang engkau tugasi memimpin rakyat di lembah ini? Nafi’ menjawab pertanyaan Umar, Ibnu Abza. Dia adalah salah seorang budak yang telah kita merdekakan. Umar bin Khatab tertegun sejenak, kemudian dia meneruskan dialognya, kenapa engkau memilih dia, apakah tidak ada yang lainnya? Sebab dialah yang paling bagus bacaan Al Qurannya dan yang banyak memahami isinya, jawab Nafi’. Oh, kiranya begitu, kalau begitu aku setuju, karena Nabi saw, pernah bersabda padaku, Allah sesungguhnya dapat mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Quran dan Dia juga bisa menghinakan kaum yang lain dengan Al Quran.
Sabda Rasulullah saw. tersebut sesuai dengan janji-Nya yang tertuang dalam (QS. Al-A’raf: 96):
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Karena keimanannya, ketekunannya membaca, menghapal, dan mempelajari Al Quran, Allah SWT. sesuai dengan janji-Nya memberikan kemuliaan kepada Ibnu Abza.
Rabu, 07 Juli 2010
Kapan Manusia Pertama Kali Berpelukan?
Di Era kenabian Ibrahim as., hidup seorang laki-laki, Mariya bin Aus namanya, waktu itu usianya menjelang enam ratus enam puluh tahun, tinggal di sebuah hutan, terpisah dengan penduduk lain oleh sebuah sungai yang sangat besar. Sekali dalam tiga tahun dia menyeberangi sungai untuk bersilaturrahim dengan penduduk kampung lainnya. Disana, terbentang padang pasir yang luas, terdapat sebuah Mihrab, tempat beliau dan orang-orang shalat dan beribadah kepada-Nya.
Suatu waktu beliau usai melaksanakan silaturrahim, shalat, dan beribadah keluar dari Mihrab, hendak kembali ketempat tinggalnya di dalam hutan, berpapasan dengan sekawanan domba, badannya terlihat gemuk-gemuk, ada rasa kagum melihat kawanan domba tersebut. Di kejauhan beliau melihat seorang pemuda, ketika telah dekat dengannya, terlihat jelas wajah pemuda penggembala tersebut, mukanya sangat tampan sekali bak bulan purnama di langit biru. Tak kuasa bibirnya bertanya pada sang pemuda; siapakah gerangan pemilik domba-domba ini?
Pemuda tersebut dengan hormat menjawab pertanyaan Mariya, pemiliknya bernama Ibrahim Khalil Ar-Rahman, kek, katanya pula.
Lalu kamu siapa, lanjut sang kakek?
Pemuda tersebut sambil tersenyum dan sangat sopan menjawab, aku anak beliau, kek, namaku Ishak, jawab pemuda itu singkat dan padat.
Sang kakek sejenak berdiam diri, dia membatin seraya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, Ya Allah Yang Maha Agung, perlihatkanlah dan pertemukanlah kepadaku hambaMu dan KhalilMu sebelum Engkau cabut rohku. Sang kakek yang sebetulnya sudah sering mendengar cerita-cerita tentang Ibrahim as., seorang Khalil ar Rahman atau sahabat Allah Azza wa Jalla, penasaran sekali ingin bertemu, tapi sampai umurnya sepanjang ini belum pernah dia berjumpa dengan Khalil ar-Rahman tersebut, karena itulah secara otomatis hatinya memohon kepada Sang Khalik untuk dipertemukan dengannya.
Singkat cerita, Mariya dan Ishak setelah saling berucap salam perpisahan kemudian mereka meneruskan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Ishak sesampai di rumah menceritakan pertemuannya dengan kakek tersebut pada bapaknya Ibrahim as.
Waktu berlalu, Ibrahim as. berkesempatan suatu waktu lewat di padang pasir dan mampir sekaligus shalat di Mihrab. Beliau bertemu dengan seorang lelaki tua di Mihrab tersebut yang sama seperti dia juga sedang beribadah bersujud kepada Ilahi Rabbi, di waktu rehat setelah beliau menunaikan shalat dan beribadah, mereka berbincang-bincang, nabi Ibrahim as. menanyakan nama dan umur orang tua tersebut?
Kakek tua tersebut kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan Ibrahim as., namaku Mariya, umurku sekitar enam ratusan tahun, tepatnya enam ratus enam puluh tahun.
Nabi Ibrahim as. kaget bercampur kagum, Mahasuci Allah, aku dipertemukan dengan ciptaan-Nya yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan dengan pertanyaan lainnya, wahai kakek Mariya, engkau tinggal dimana? Kakek tersebut kemudian menjawab, aku tinggal diseberang sungai, di dalam hutan, disana katanya sambil mengarahkan jari telunjuk beliau ke hutan di seberang sungai yang cukup besar.
Bolehkah aku berkunjung ketempatmu, sekalian ingin mengenal cara hidupmu, wahai bapak Mariya?
Boleh saja, disana aku hidup sendirian, mencukupi kebutuhan hidupku dengan mengeringkan buah-buahan, kemudian dengan hasil olahan itu aku mencukupi kebutuhan hiduku sehari-hari, jawabnya tangkas.
Ibrahim as. masih penasaran dengan kakek Mariya, kemudian ia bertanya lagi, cara bagaimana bapak pulang dari sini, saya tidak melihat apapun di sungai tersebut untuk membawa engkau kembali ke hutan sana?
Oh, itu yang ingin engkau tanyakan…biasalah, dengan tulang-tulang tuaku ini tentu aku tidak bisa mengayuh lagi rakit atau mendayung perahu untuk menyeberangi sungai besar lagi berarus deras tersebut, tetapi Sungguh Mahasuci Allah, aku diberi kemudahan oleh-Nya, aku yang tua ini diperbolehkan oleh-Nya berjalan di atas aliran sungai tersebut.
Mendengar jawaban sang kakek tersebut, Ibrahim as. berucap: Semoga Zat yang telah menundukkan bagimu air itu juga akan menundukkan air itu bagiku untuk menyeberanginya.
Setelah cukup menunaikan ibadah, keduanya beranjak ke tepian sungai karena mereka bersepakat untuk melanjutkan silaturrahim di rumah kakek Mariya, di hutan seberang sungai besar tersebut. Ditepian sungai, kakek tersebut melangkahkan kakinya diatas air sambil berucap: Bismillah, Ibrahim as. pun mengikutinya dari belakang, melangkahkan kakinya di atas air, serupa yang dilakoni sang kakek, kemudian dilanjutkan dengan membaca Basmalah. Sang kakek menoleh kebelakang, kini giliran sang kakek heran dan terkagum-kagum, ternyata tamunya juga bukanlah orang sembarangan.
Keduanya masuk ke rumah, setelah berbasa-basi. Nabi Ibrahim as. menginap di rumah orang tua tersebut selama tiga hari. Senang dia tinggal bersama orang tua tersebut, tapi ada ganjalan dalam hatinya, lalu dia bertanya pada sang kakek, wahai Mariya, boleh aku tanya sesuatu padamu? Boleh…boleh…boleh jawabnya ringan. Apakah engkau telah berdoa kepada Allah sehingga kita dipertemukan disini?
Kakek tersebut berdiam diri sejenak, mencoba menerawang, mengingat-ingat apa ada keinginannya, harapannya, doanya di waktu lalu. Ingat dia kembali dengan sesuatu sambil tersenyum keluarlah jawaban dari bibir tuanya, dulu, dulu sekali, tapi sudah lama sekali, sekitar tiga tahun yang lalu, aku pernah membatin sekaligus memohon kepada Allah SWT.
Oh… jawab Ibrahim as.
Kemudian kakek tersebut melanjutkan pernyataannya yang terpotong oleh gumaman Ibrahim as. Aku, tiga tahun lalu berdoa, sewaktu diriku bercakap-cakap dengan seorang pemuda tampan yang mengaku bernama Ishak. Kemudian, kakek tersebut menceritakan kepada Ibrahim as., pertemuannya dengan pemuda tersebut tiga tahun yang lalu sekaligus membeberkan permohonannya kepada Allah Azza wa Jalla pada saat itu.
Nabi Ibrahim as. tersenyum, wahai Mariya ujarnya, hari ini doamu telah dikabulkan oleh-Nya, aku adalah Ibrahim, ayah dari pemuda tampan yang bernama Ishak. Kaget, haru, bahagia, sukacita bercampur dalam hati atas anugrah kebesaran Ilahi yang diberikan padanya, sang kakek, tiba-tiba saja beliau melompat, menubruk dan memeluk nabi Ibrahim as., di kisahkan kejadian itu merupakan awalnya terjadi pelukan diantara umat manusia.
Minggu, 27 Juni 2010
Kamis, 27 Mei 2010
Syurga Adn
Dalam (QS. At-Taubah: 71 & 72), Allah SWT. menjanjikan sebuah tempat yang sangat baik nanti setelah kehidupan dunia, alam kubur dan alam mahsyar yaitu syurga 'Adn. Tempat tersebut diperuntukkan bagi laki-laki mukmin dan juga perempuan-perempuan mukmin yang dengan sungguh-sungguh, ikhlas, sabar dan penuh taqwa menjalankan apa-apa yang tertuang dalam kalam Ilahi tersebut seperti yang tertulis dibawah ini:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Selasa, 23 Maret 2010
Orang-Orang Pewaris Surga Firdaus dan Kekal Hidupnya Disana (QS. Al Mukminuun: 10-11)
Menurut AlQuran dalam surat AlMukminuun ayat 1-6 dan 8-9, Allah SWT. melalui malaikat Jibril as. menyampaikan kabar gembira bagi utusannya Muhammad saw., bahwasanya Allah SWT. akan menghadiahi orang-orang yang beriman suatu warisan tempat yang sangat bagus kelak setelah hari berhisab yaitu surga Firdaus dan mereka kelak akan abadi hidup selamanya disana.
Berbicara tentang iman tentu tidak terlepas dengan islam, suatu hari menurut Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. sedang duduk-duduk bersama sahabat beliau, kemudian datang seseorang menghampiri majlis tersebut dan bertanya kepada Nabi saw.: wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau menoleh kepada pendatang dan penanya tersebut, lalu menjawab; Iman itu percaya, kepada hal-hal yang berikut ini: yaitu percaya kepada Allah SWT. dan malaikat-malaikat-Nya, bahwa seluruh umat manusia akan berjumpa nantinya dengan Dia, Nabi adalah utusan-Nya, dan pada hari Kiamat mulai dari nabi Adam as. sampai manusia terakhir hidup sebelum ditiupnya terompet SangKakala akan dibangkitkan dari kubur mereka.
Puas dengan jawaban tersebut, kembali orang tadi bertanya kepada Nabi saw., lalu apakah Islam? Sambil tersenyum Rasulullah saw. menjawab: Islam itu antara lain adalah: menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian mendirikan shalat, lalu membayarkan zakat, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah Haji bagi mereka yang memilki kemampuan secara fisik dan finasial.
Berikutnya tamu tadi bertanya; apakah ihsan? Nabi saw. kemudian menerangkan tentang ihsan yaitu menyembah Allah SWT. seakan-akan engkau melihat-Nya, bilamana engkau tidak mampu melihat-Nya maka ketahuilah sesungguhnya Allah SWT. melihatmu.
Selanjutnya pendatang tadi bertanya; kapan Kiamat akan terjadi? Nabi saw. diam sejenak, kemudian beliau menjawab dengan hati-hati, orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, tapi aku dapat memberitahu padamu beberapa tanda-tanda akan tibanya hari kiamat diantaranya adalah jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, penggembala unta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Allah berfirman: Sesungguhnya hanya Aku yang mengetahui, bilakah tibanya hari kiamat, Aku yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang didalam rahim ibu, tiada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari dan tidak seorangpun yang mengetahui dimanakah ia akan mati. Sesungguhnya hanya Allah yang Maha Mengetahui yang sedalam-dalamnya.
Tamu tersebut kemudian pergi, lalu Nabi saw. bertanya kepada sahabat-sahabat kemana tamu kita tadi? Sahabat mencoba mencari-cari, mereka melirik kekanan dan kekiri tapi mereka tidak melihat apapun, lalu Rasulullah saw. berkata: wahai saudaraku semua, tadi itu adalah Jibril as., dating kepada kita untuk mengajarkan agama kepada manusia. (HR. Bukhari & Muslim)
Jadi dari kisah diatas dan firman Allah SWT. dalam surat AlMukminuun, siapa-siapa yang akan mewarisi tempat di surga Firdaus, dapat kita simpulkan sebagai berikut yaitu:
• Orang-orang beriman yang memelihara shalat dan khusuk dalam menjalankan ibadah shalatnya.
• Orang-orang beriman yang menunaikan zakat, sesuai dengan ketentuan seperti diriwayatkan oleh Abu Said AlKhudri ra., Nabi saw. bersabda; tidak wajib zakat emas dan perak yang kurang dari lima uqiyah = 20 mitsqal atau ± 96 gram emas. Tidak wajib zakat unta yang kurang dari lima ekor, dan tidak wajib zakat padi, gandum, dan kurma yang kurang dari lima wasaq= 300 Sha’ = 750 kg. (HR. Bukhari & Muslim)
• Orang-orang beriman yang menjalankan pusa di bulan Ramadhan
• Orang-orang beriman yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna.
• Orang-orang beriman yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, karena sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
• Orang-orang beriman yang memegang amanah yang dititipkan pada mereka dan juga janjinya.
Jumat, 19 Maret 2010
Kisah Nabi Huud as.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati yang Kami ambil dari tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yg kokoh (rahim). Kemudian air mani tersebut Kami jadikan segumpal darah, dari segumpal darah Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yg berbentuk lain, maka Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu di hari kiamat. Sesungguhnya Kami telah menciptakan langit berlapis-lapis (tujuh lapis) dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air tersebut menetap di bumi dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun korma dan anggur, didalam kebun-kebun tersebut kamu dapatkan buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kalian makan. Dan pohon-pohon kayu Thursina (pohon Zaitun), menghasilkan minyak, menjadikan kuah bagi orang-orang yang makan. Dan sesungguhnya pada binatang ternak terdapat ilmu yang penting bagi kalian. Kami beri kalian minum dari air susu mereka, dagingnya bermanfaat bagi tubuh kalian, sebagian darinya kalian makan. (QS. Al-Mukminun : 6-21)
Urfakhsyad bin Sam, menurunkan umat-umat pilihan dan darinya kebanyakan nabi dan rasul berasal, salah satunya adalah Hud as. Hud selain hamba kepercayaan Allah SWT. juga seorang petani, lahan pertaniannya berlokasi di Al-Ahqaaf (QS. Al-Ahqaaf: 21) sebelah utara Hadramaut, sebagai layaknya petani beliau juga mengatur irigasi agar lahan pertaniannya dialiri air sehingga kelembaban tanah pertaniannya selalu terjaga. Istri beliau seorang perempuan yang tidak beriman, rambutnya dipenuhi uban, matanya juling, tidak taat dan tidak meyakini kenabian dan kerasulan sang Suami.
Nabi Nuh as., menjalani kehidupan baru lebih kurang lima puluh tahun setelah tragedi tektonik yang disusul oleh kegiatan tektonik berikutnya yang menghasilkan bencana Tsunami dan letusan dahsyat gunung Najaf. Ketika itulah Jibril as. menyambangi beliau untuk menyampaikan perintah Allah Azza wa Jalla: wahai Nuh, usiamu hidup di muka bumi akan segera berakhir, karenanya aku diutus mengabarimu tentang regenerasi kenabian atau khalifah. Allah telah menetapkan putramu Sam sebagai penggantimu, sebelum diangkat Hud as. sebagai nabi dan rasul setelah engkau (dari Adam as. hingga Isa as., Al-Jazairi, 2009).
Sam bin Nuh, memiliki beberapa putra diantaranya adalah Irm dan Urfakhsyad. Irm memiliki cucu-cucu, namanya antara lain ‘Aad dari anaknya yang bernama Aush dan cucunya Tsamud dari anaknya yang lain. Sementara Hud as. adalah cucu dari Urfakhsyad dari anaknya Syalikh.
Kaum ‘Aad
‘Aad bin Aush, jadi pemimpin suku di pedalaman jazirah Arab, di tempat yang bernama Al-Ahqaaf terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman, suku ini dikenal kemudian sebagai kaum ‘Aad, memiliki dua orang putra Syadid dan Syidad. Kaum ini merupakan suku tertua sesudah kaum nabi Nuh as. dan mereka dikenali memilki tubuh yang kekar dan kuat, diceritakan kembali oleh Abu Ja’far al-Baqir ra. dari penuturan Nabi saw. bahwa; tinggi mereka sepadan dengan tingginya pohon-pohon kurma, sanggup memecahkan bebatuan gunung dengan tangan-tangan telanjang mereka.
Daerah mereka terdiri dari lembah yang dikelilingi oleh perbukitan, pohon-pohon nan hijau lebat menutupi seluruh sisi perbukitan, sumber-sumber air dengan kejernihannya mengalir dari perbukitan menuju lembah, ikan-ikan berwarna warni terlihat dengan indahnya berenang bermain dan mencari makanan yang terbawa oleh arus air dari hulu yang mengandung banyak sumber makanan. Dilembah tersebut Huud as. dengan keluarganya hidup berdampingan dengan kaumnya yaitu ‘Aad. Mereka hidup dengan bercocok tanam karena tanah disekitar mereka sangat subur, Al Quran sebagai kumpulan Firman-Firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. menginformasikan kepada kita bahwa pada saat itu mereka kebanyakan menjadi petani kurma dan gandum selain tanaman lainnya diantaranya jeruk dan pisang disamping itu mereka memiliki peternakan kuda, unta, dan domba. (QS. Asy Syu’araa’: 132—133)
(QS. Al-Insyrah: 1-6) Kami telah melapangkan dadamu, meringankan bebanmu, meninggikan derajatmu. Sesungguhnya dibalik kesusahan akan datang kemudahan. Kisah perjalanan panjang hidup nabi Nuh as. dan Sam bin Nuh yang begitu sarat dengan tantangan mensyiarkan Firman-Firman Allah SWT. kepada kaumnya, dinikmati sebesar-besarnya oleh kaum ‘Aad yang tidak lain dan tidak bukan adalah keturunan beliau. Allah SWT. memberikan kelimpahan rezeki dan memberikan mereka bakat yang luar biasa dalam bidang seni dan pahat, mereka hidup makmur, sejahtera dan bahagia dari hasil pertanian, peternakan, dan perikanan dikarenakan kesuburan tanah yang mereka tempati. Banjir rezeki tersebut berdampak juga terhadap waktu luang yang mereka miliki, banyak kekosongan waktu bagi mereka, aktifitas mereka di luar rumah jadi berkurang karena telah diambil alih oleh orang-orang upahan atau budak-budak yang mengerjakan kebun-kebun pertanian dan mengelola peternakan mereka, alhasil tiap tahun istri-istri mereka melahirkan bayi-bayi baru kaum ‘Aad sehingga dalam waktu singkat kuantitas mereka berkembang begitu cepat sehingga menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekitarnya.
Rezeki, Rahmat, dan Barokah yang begitu besar diberikan Tuhan kepada kaum tersebut telah menjauhkan mereka kepada Allah Azza wa Jalla, Iblis dengan segala upaya menjauhkan mereka kepada ketaatan kepada Rabbnya, keahlian mereka dalam hal seni memahat telah dilencengkan Syeitan, patung-patung pahatan mereka yang berseni tinggi dijadikan Idol-Idol atau Tuhan-Tuhan bagi sesembahan mereka. Dan memang dalam keseharian kehidupan mereka seakan-akan patung-patung tersebut yang memberikan mereka rezeki, kesembuhan, perlindungan padahal semua itu adalah pekerjaan Syeitan. Ada dua patung terkenal dimasa itu yang mereka namakan Shamud dan Alhattar, berhala tersebut mereka yakini sebagai pemberi kebahagian, kebaikan, dan keberuntungan serta dapat melindungi mereka dari kejahatan, kerugian, dan segala macam musibah yang akan menimpa mereka diantaranya penyakit dan kekeringan.
Karena mereka sudah menjadi saudaranya IBLIS dan melupakan Allah SWT. sebagai pencipta mereka. Allah Azza wa Jalla, memilih dan mengutus saudara mereka, Hud as. untuk memberi peringatan agar mereka jangan melampaui batas, yaitu jangan mempersekutukan Tuhan, karena itu adalah pekerjaan Syeitan Laknatullah, dan jika perbuatan tersebut dilakukan terus menerus maka mereka di hari kiamat nanti akan di masukkan ke dalam neraka yang bahan bakarnya salah satunya adalah mereka sendiri. Aku kata Allah SWT.: Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Aku tidak mau hambaKu jadi penghuni neraka seperti Iblis, Syeitan, dan sebagian Jin yang mereka nantinya kekal didalamnya.
Jibril as. membawa perintah dari Allah SWT. kepada Hud as. yang telah memuliakan beliau dengan mengangkatnya menjadi nabi dan rasul (QS. Al-A’raaf: 67; Asy-Syu’araa’: 125), Wahai Hud, beri peringatan sudara-saudaramu karena mereka telah melewati batas dengan mempersekutukan Aku, mereka saudaramu (kakek-kakek kalian adalah anak dari Sam bin Nuh) telah menukar keimanannya yang seharusnya menjadi Hak-Ku kepada patung-patung yang telah mereka buat sendiri.
Setelah menerima wahyu tersebut dari Jibril as., Huud as. mendatangi saudara-saudaranya tersebut kemudian beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah. Wahai saudaraku perbuatan kalian menyembah berhala ini akan membuat murka Allah Azza wa Jalla, ingatlah olehmu sekalian diwaktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti yang berkuasa, sesudah lenyapnya kaum Nuh as. dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu dari kaum Nuh itu. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat peruntungan. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS. Al-A’raaf: 65 dan 69; Asy Syu’araa’: 123-127; Huud: 50-51 )
Kemarau Panjang
(QS. Asy Syu’araa’: 128-130)
Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main. Dan kamu membuat benteng benteng dengan maksud supaya kamu kekal didalamnya? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam lagi bengis.
Kaum ‘Aad dikala itu diperintah oleh anaknya ‘Aad yaitu Syidad, dia mengangkat dirinya menjadi raja karena ayah dan saudaranya telah meninggal. Dia berkuasa dengan sewenang-wenang, memiliki kekayaan melimpah, dengan kekuasaan yang dimilikinya dia berkeinginan membangun kota baru.
Salah satu kisah yang dituturkan Ka’ab al-Ahbar kepada Muawiyah bin Abi Sufyan : Syidad seorang yang gemar membaca, terobsesi dengan cerita yang dibacanya tentang gemerlapnya syurga. Ia berkeinginan mewujudkan impiannya tentang bangunan di syurga hadir didunia yang nyata, lalu dikumpulkannya arsitektur di berbagai wilayah kekuasaanya dan dia meminta perbukitan disekitar lembah tempat mereka bermukim disulap jadi sebuah kota yang mirip dengan cerita tentang istana SYURGA.
Perbukitan yang subur, hijau terlihat kemanapun mata memandang, mulai dipangkas, dipotong, digunduli hutan-hutannya. Pembangunanpun di mulai, materialnya diambilkan dari tambang-tambang batu mulia yaitu emas, perak, dan batu topas. Rakyatnya ditarik pajak dari perhiasan milik mereka dan bila mereka tidak mau dengan sukarela memberikan, mereka akan disiksa dengan kejam dan harta-harta mereka akan dirampas. Raja-raja disekitar negeri kekuasaan mereka ditaklukan, mereka dipaksa menyerahkan upeti berupa semua batu mulia yang mereka miliki.
Dalam waktu sepuluh tahun, bangunan kota selesai dikerjakan, bentengpun dengan kokohnya melingkari kota tersebut. Dari tampak depan, benteng memiliki dua buah pintu yang besar dan kokoh terbuat dari kayu gaharu yang aroma wanginya menebar kesekelilingnya, daun pintu memiliki ornamen berupa bintang-bintang terbuat dari topas bewarna kuning dan merah yang sinarnya memancar keseluruh tempat tersebut.
Dibalik benteng yang tinggi kokoh dijumpai sebuah Kota, ada beberapa istana, tiang-tiangnya tinggi kokoh menjulang terbuat dari zabarjad (kristal yang biasanya digunakan untuk batu permata) dan batu yakut (topaz). Diatas setiap bangunan istana terdapat bagian yang tinggi, dan puncaknya dibalut perak, permata, yakut, zabarjad, dan emas. Dalam kota ditemukan juga terowongan-terowongan, mulut terowongan dijumpai pohon-pohon buah dan dibawahnya mengalir sungai-sungai.
Syidad dan kaum ‘Aad, menyembah berhala, menarik pajak dari rakyatnya untuk membiayai kelansungan pemerintahannya, menarik upeti dari kerajaan-kerajaan yang mereka taklukkan, jika tidak mau membayarkan pajak dan upeti maka mereka akan disiksa dengan cara yang amat kejam.
Pembangunan kota baru menyisakan bukit-bukit gundul, lembah Al-Ahqaaf yang tadinya subur berubah jadi kering kerontang, ekosistem jadi rusak, daerah tangkapan hujan dan resapan air jadi berkurang, lingkungan jadi terganggu, sungai-sungai tidak lagi mengalirkan airnya. Tuhan menjadikan itu sebab kekeringan melanda kawasan tersebut di musim kemarau yang panjang, tetapi sesungguhnya bukanlah itu sebab yang utama, kekafiran mereka mempersekutukan Tuhan dengan menyembah berhala-berhala, itulah yang membuat murka Allah SWT., percaya atau tidak mereka didera musim kering selama tujuh (7) tahun karena tidak menghiraukan seruan Tuhannya yang telah disampaikan oleh nabi Allah, Huud as.
Huud as. sedang mengolah ladangnya ketika utusan dari negeri tetangganya datang bersilaturrahim disamping ingin berkonsultasi dengan beliau masalah paceklik yang sedang menimpa negeri mereka, kedatangan utusan tersebut atas advis beberapa orang yang mendengar berita bahwa di Al-Ahqaaf ada seorang nabi dan rasul, mungkin dari dirinya kita beroleh solusi agar di negeri kita hujan bisa disegerakan turun sehingga musim paceklik ini bisa berlalu dan kehidupan kita kembali pulih seperti sebelum ini.
Utusan negeri jiran tersebut sebetulnya sudah sampai di rumah nabi Huud as., mereka disambut seorang perempuan yang rambutnya di penuhi uban dan memiliki mata juling. Perempuan tersebut memberikan petuah, untuk apa kalian berkonsultasi dengan Huud, untuk kalian ketahui, jika dia itu orang yang shaleh dan dekat dengan Tuhannya, kenapa doanya tidak didengar dan dikabulkan-Nya, ladang-ladangnya sendiri kering kerontang, hangus kena sinar matahari. Tidak masalah bagi kami, jawab tamunya, kami ingin sekali bertemu dengan beliau, dimana kami bisa menjumpainya saat ini? Perempuan itu berkata dengan ketus, cari saja di ladangnya, barangkali dia masih disana.
Setelah berucap dan bersambut salam, utusan negeri jiran berkeluh kesah kepada nabi Huud as. diladangnya, wahai nabi Allah, negeri kami saat ini juga sedang di landa musim kering seperti disini, engkau orang yang di muliakan Allah, kami percaya doamu sangat cepat di ijabah oleh Allah Azza wa Jalla, tolonglah bantu kami dengan doamu, mudah-mudahan dengan doamu hujan segera mengakhiri musim paceklik yang telah begitu lama melanda negeri kami. Pulanglah kalian, Huud as. berkata, malam segera akan datang nanti kalian bisa kemalaman di jalan, negeri kalian masih jauh dari sini, Allah SWT. telah mengabulkan keinginan penduduk negerimu, Insya Allah, hujan akan segera turun dan jangan lupa, sembahlah Allah, ikuti perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya, perbanyaklah bersedekah kepada fakir miskin.
Di Al-Ahqaaf, Hud as., setiap hari menyeru kaumnya untuk mohon ampun kepada Allah SWT. (QS. Huud, ayat 52-57; Asy Syu’araa’: 131—138): Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu. Dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. Orang kufur sedikit sekali bersyukur, padahal Allah SWT. telah menganugrahkan binatang-binatang ternak, anak sebagai keturunan, kebun-kebun, dan mata air. Bertaqwa kepada Allah dan mengikuti rasulnya pun mereka enggan. Seruan saudaranya tidak pernah diindahkannya karena perkiraan mereka ladangnya saja juga tertimpa kekeringan, dia sendiri tidak dibantu oleh Tuhannya, bahkan saudaranya itu dianggap gila disebabkan kemurkaan patung-patung sesembahan mereka. Untuk apa aku percaya padamu, Huud? Kemudian Huud as. kembali mengingatkan, saudara-saudaraku, aku bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Dan sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian, wahai saudaraku, apa yang telah diamanahkan oleh Tuhanku dan Tuhanmu. Karena seruan-seruan tersebut, mereka dengan bengis dan kejam menyiksa nabi Hud as. dan pengikut-pengikut beliau yang beriman kepada Allah SWT. serta setia kepada nabi dan rasulnya. Meskipun mereka disiksa dengan cara apapun, tak pernah mereka takut menyeru kaumnya sampai beliau berkata; Bagi Allah mudah mengganti suatu kaum dengan kaum yang lain dan sesungguhnya kalian tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya.
Badai Topan Maha Dahsyat
Kami datangkan angin topan yang sangat dahsyat dan sangat dingin pada hari naas, terus menerus selama tujuh malam delapan hari. (QS. Al-Qamar:19; Al-Haqqah: 6-7)
Huud as. memberi peringatan pada kaumnya atas kemungkaran, kesesatan, kesewenangan mereka terhadap rakyat dan negeri-negeri jajahan mereka. Allah SWT. adalah Tuhan Yang Maha Pemaaf dan Pemberi Ampun, Dia sangat senang kalau kaum ‘Aad mau kembali ke jalan yang lurus lagi benar dan meninggalkan semua sesembahan mereka dan berbuat baik dan adil pada rakyatnya dan negeri-negeri jajahan mereka. (QS. Huud: 52) Dan dia (Huud as.) berkata: Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras padamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.
Tapi mereka tidak sekali-kali mau mendengarkan dan mengikuti seruan nabi Huud as., mereka mendustakannya, memperolok-olokannya, dan menantangnya datangkanlah ancaman Tuhanmu itu jika engkau adalah termasuk orang yang benar. (QS. Huud: 53) Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak mempercayai kamu.
Suatu waktu Allah SWT. mendatangkan awan hitam di Al-Ahqaaf, mereka kaum ‘Aad sangat bergembira, tujuh tahun lamanya kawasan mereka ditimpa bencana kekeringan, dimana selama waktu tersebut Tuhan telah menahan hujan turun. Melihat langit gelap dengan awan hitam bergumpal-gumpal, raja, bangsawan, dan penduduk kota bersuka cita, karena menurut mereka Idol-Idol mereka telah mengabulkan doa-doa dan persembahan mereka terhadap sang berhala, mereka seisi kota berucap: inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.
Huud as., oleh malaikat Jibril as. mendapatkan bisikan, itu bukanlah pertanda hujan, tetapi itulah azab yang mereka minta segerakan datang dari Allah Azza wa Jalla kepada mereka. Menerima bisikan tersebut, Huud as. mencoba terakhir kali mengingatkan dan menyeru kepada kaumnya agar menyembah Allah dan bertobat kepada-Nya; awan-awan hitam dilangit itu bukanlah pertanda hujan tapi itu pertanda datangnya azab dari Allah, cepatlah mohon ampun dan bertobat, akuilah Dia Allah tiada Tuhan selain Dia.
Mereka keukeuh dengan pendiriannya, inilah pertanda kehadiran musim hujan, dengan itu artinya mereka tetap mendustakan Huud dan tidak mau beriman kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT. menurunkan azabnya, badai disertai angin topan yang sangat dahsyat datang menyusul kehadiran awan hitam dilangit Al-Ahqaaf , disusul angin yang sangat dingin, angin tersebut berasal dari perut bumi.
Bencana tersebut menghancurkan dan membinasakan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka tidak terlihat seortangpun tersisa diantara mereka, kecuali bekas-bekas tempat tinggal mereka, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, akan tetapi kebanyakan dari kita tidak beriman.
Jumat, 12 Maret 2010
Rahasia Waktu Mustajab di hari Juma'ah
Abu Hurairah ra. menceritakan, Rasulullah saw. senang berdzikir pada hari Jumat. Dan beliau bersabda kepadaku tentang rahasia hari Jumat:
Pada hari Jumat terdapat suatu waktu yang sangat baik (mustajab). Jika di saat itu seorang hamba Allah bertepatan sedang menunaikan shalat dan berdoa memohon sesuatu kepada Allah, tentu Allah Azza wa Jalla akan mengabulkan keinginannya.
Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya, waktu MUSTAJAB itu sangat singkat sekali. (HR. Bukhari & Muslim)
Waktu yang MUSTAJAB menurut mayoritas pendapat sahabat nabi adalah setelah waktu Ashar, tiada shalat sunnah mutlak dilakukan setelah shalat Ashar sampai menjelang terbenam matahari, sehingga disimpulkan waktu Mustajab dimulai semenjak masuknya waktu shalat Maghrib di hari Jumat.
Haram Menerima Hadiah
Dikisahkan oleh Abu Humaid As-Sa’idi ra.; Nabi Muhammad saw. mengangkat seorang aamil untuk mengurus hal yang berhubungan dengan zakat/shadaqah, kemudian setelah menyelesaikan tugasnya ia datang menemui Nabi saw. dan berkata: Ya Rasulullah saw., tugasku mengumpulkan zakat/shadaqah sudah selesai, ini hasilnya kuserahkan kepadamu dan yang ini adalah hadiah pemberian orang yang diberikan untukku. Maka kemudian Nabi saw. bersabda kepadanya ketika beliau mendapatkan laporan yang berhubungan dengan hadiah yang diterimanya: Wahai saudaraku, mengapa engkau tidak duduk saja di rumah Ayah/Ibumu, supaya kamu bisa melihat apakah ada orang yang memberi hadiah atau tidak?
Lalu Nabi saw. shalat, setelah mengucapkan tasyahud dan berzikir beliau berdiri dan bersabda: Amma ba’du, mengapakah seorang aamil yang diserahi tugas amal, kemudian dia menemuiku dan berkata: ini hasil zakat/shadaqah yang aku kumpulkan dan yang ini hadiah yang diberikan kepadaku. Kenapa dia tidak duduk saja dirumah kedua orang tuanya untuk mengetahui apakah ada yang mau memberikan hadiah atau tidak?
Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tiada seorang yang menyembunyikan sesuatu melainkan ia akan menghadap di hari kiamat memikul diatas lehernya, jika berupa unta bersuara, atau lembu yang menguak, atau kambing yang mengembek, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan.
Abu Humaid berkata: Lalu Nabi saw. mengangkat kedua tangannya sehingga aku dapat melihat putih kedua ketiaknya. (HR. Bukhari & Muslim)
{Baqi, 2005, Mutiara Hadits yang disepakati Bukhari dan Muslim, hal. 667}
Selasa, 02 Maret 2010
Rabu, 24 Februari 2010
Senin, 15 Februari 2010
NABI NUH as.
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya; berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih. Nuh berkata: hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. (QS, Nuh: 1-4)
As-Sakan, dipanggil Nuh dikarenakan menangisi kaumnya yang lalim selama lebih kurang sembilan ratus lima puluh (950) tahun. Menjalani kehidupan biasa selama delapan ratus lima puluh tahun sebelum jadi nabi dan rasul, berdakwah dan mensyiarkan risalah Tuhannya selama sembilan ratus lima puluh tahun, di perintahkan rancang bangun kapal yang memakan waktu selama dua ratus tahun, menjalani kehidupan baru setelah banjir bah sampai wafat lima ratus tahun. Usia beliau diperkirakan dua ribu lima ratus tahun dalam menjalankan kehidupan dan dakwah di bumi yang kita diami sekarang ini.
Beliau merupakan nabi pertama setelah kenabian Idris as., anak dari Matusylakh bin Ukhnukh (Idris as.), sudah menggunakan pakaian yang terbuat dari bulu domba, profesi tukang kayu, hamba Allah yang banyak bersyukur, jika akan berpakaian, makan, dan minum selalu mengucapkan Bismillah dan setelahnya mengucapkan Alhamdulillah, lahir bersamaan dengan kematian nabi Adam as., menurut nabi Muhammad saw. (HR. Ibnu Abbas ra.): perbedaan waktu antara nabi Adam as. dan nabi Nuh as. sekitar 10 abad, nabi Nuh lahir 1056 tahun setelah penciptaan manusia pertama yakni nabi Adam as. diturunkan ke bumi setelah bermukim di syurga sewaktu penciptaan beliau.
Istri beliau dua orang, yang satu, perempuan pertama beriman kepada Allah dan Nuh, namanya ‘Amurah binti Dhamran bin Ukhnukh sedangkan yang lainnya tergolong orang munafik namanya Rabi’ah. Anak-anaknya antara lain; Sam, Yafit, Ham dan anak perempuannya dengan istri ‘Amurah, anaknya dengan Rabi’ah bernama Kan’an, ulama bersilang pendapat tentang Kan’an, menurut mereka dia adalah anak tiri Nuh as.
Tongkat Putih Lambang Kenabiannya
Sebagian besar umatnya tidak menyukai beliau, seringkali beliau dipukuli sampai pingsan dan diterangkan juga oleh Rasulullah saw., beliau pernah dilempar oleh kaumnya keatas atap rumah, meskipun demikian dia tidak pernah jera untuk membela kaum miskin dan mengkritisi kaum “the have” atau kaya agar tidak berbuat sewenang-wenang terhadap kaum lemah dan miskin. Akhirnya kekejaman yang dilakukan oleh kaum kaya dan antek-anteknya menyebabkan beliau memilih untuk mengasingkan diri, jauh dari keramaian.
Jibril as., dipanggil oleh Allah SWT., sambangi Nuh dan kabarkan berita gembira padanya. Lalu Jibril turun ke bumi menemui Nuh yang lagi menyepi di salah satu bukit di Kufah. Engkau akan diberi kekuatan oleh Allah Azza wa Jalla berupa kesabaran, keyakinan, dan kemenangan. Untuk itu engkau akan menerima risalah dan diangkat jadi nabi dan rasul serta Allah SWT. memerintahkan kamu untuk menikahi ‘Amurah, sesungguhnya dia adalah wanita pertama yang akan beriman kepadamu.
Hari Asyura, 10 Muharam, pembesar-pembesar dan konglomerat serta pengikutnya sedang berkumpul ditempat ibadah, biasa, menjalankan ritual, memohon dan menyembah berhala. Nuh as. dengan tongkat putih di tangan kanannya memasuki ruangan ibadah tersebut, lalu dengan suara lantang dia berseru: La ilaha illallah, semua berhala sesembahan mereka berjatuhan, jamaah ritual tersebut kaget dan ketakutan, salah seorang dari mereka ada yang berani, apa yang engkau lakukan, aku Nuh adalah hamba Allah, aku diutus kepada kalian agar menyembah Allah bukan patung-patung ini, karena Allahlah yang telah menurunkan hujan, mengadakan sungai-sungai untuk mengaliri kebun-kebun kalian sehingga kalian bisa memiliki kekayaan. Beliau telah menciptakan kamu dari tanah dan akan mengembalikan kalian jadi tanah, diciptakannya bumi ini untuk kalian agar kalian bisa berkelana kemana saja dan bersyukur. (QS, Nuh: 5-20).
Peringatan dan seruan nabi Nuh as. tidak mereka gubris, beliau dianiaya dan disakiti, lalu Nuh berkeluh kesah kepada Tuhannya, ya Allah, mereka mendurhakai-Mu, mereka lebih memilih menjadi pengikut pemilik harta daripada beriman kepada Engkau. Lalu beliau berdoa kepada-Nya: Ya Allah, berilah petunjuk kaumku, perlakuannya kepadaku hanyalah karena ketidaktahuan mereka tentang kekuasaan-Mu.
Capaian dakwah beliau terhalang dari pemuka-pemuka agama mereka, berhala Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, inilah yang memberikan kekayaan, kesehatan, keamanan, dan kemakmuran bagi kita semua timpal pemuka agama dihadapan jamaah penyembah berhala tersebut, bukan Tuhannya Nuh. Pengikutnya terpengaruh sehingga jika mereka dihimbau untuk memusuhi dan menganiaya Nuh, mereka serempak melaksanakan perintah pimpinan penghasut tersebut.
Fenomena Geologi kala banjir nabi Nuh as.
Kufah dan Najaf, dua buah kota di Iraq. Kufah terletak 10 km di timur laut Najaf, 160 km di selatan Bagdad, diriwayatkan dulunya tempat nabi Nuh as., keluarga, dan kaumnya hidup sekaligus tempat mereka bermukim. Najaf dalam bahasa Arab artinya daerah tinggian atau gunung, jaraknya dari Bagdad sekitar 170 km., di kota ini terdapat Masjid Imam Ali bin Abi Thalib ra. juga kuburan beliau, satu kilometer dari kuburan Ali terdapat makam nabi Hud as. dan nabi Shaleh as. Banyak riwayat yang menginformasikan, manusia ciptaan Allah SWT. yang pertama, Adam as. dan Nuh as. juga dikuburkan di kota ini.
Fenomena geologi di Jazirah Arab cukup menarik untuk disajikan berkenaan dengan relasinya terhadap banjir besar dan erupsi gunung berapi yang terjadi saat nabi Nuh as. diberi perintah oleh Allah SWT. untuk manaiki kapal setelah membangunnya atas petunjuk malaikat Jibril as. Sebelum kita memasuki wilayah fenomena geologinya, ada baiknya kita menyimak dua hadist berikut ini:
Hadist pertama dari Rasulullah SAW.; sewaktu bumi memancarkan air, seorang ibu dengan anak yang digendongnya berlarian ke atas bukit menghindari kejaran air, sepertiga bukit sudah dinaikinya, air bah terus menyusulnya, dengan anak masih digendongan, bukit terus didakinya hingga dia berada di puncak bukit tersebut, tapi air bah tersebut masih naik sampai mencapai batas lehernya, dia berusaha dengan sekuat tenaga menyelamatkan anaknya, diangkat anaknya melampaui kepalanya namun air bah tersebut malah menggulung mereka berdua.
Hadist kedua dari Abu Abdillah ra., beliau meriwayatkan sabda Nabi SAW.: Najaf era nabi Nuh as. adalah sebuah gunung berapi, gunung ini menjadi tujuan anak Nuh as. yang bernama Kan’an untuk mencari perlindungan dari banjir besar sewaktu Allah SWT. mengabulkan doa hambanya yang sabar dan shaleh Nuh as. untuk membinasakan kaumnya yang setiap harinya menyembah patung dan lukisan-lukisan yang dibuat iblis untuk menghibur kaum yang ditinggal pergi oleh keluarganya yang beriman karena telah cukup ajalnya. Beberapa waktu berselang dari banjir bah, gunung Najaf (tiada gunung lain dipermukaan bumi yang lebih besar darinya, kala itu) meletus, Allah Azza wa Jalla menitahkan; Wahai gunung, apakah dia (Kan’an, red.) dapat mencari perlindunganmu dari siksa-Ku?
Gunung tersebut menjadi murka, menghancurkan tubuh dan akarnya, potongannya sampai berjatuhan ke negeri Syam, debu halusnya bertebaran di permukaan bumi, dan sisanya menjadi lautan, kemudian laut tersebut dinamakan Najaf oleh penduduk sekitarnya.
Kisah yang diriwayatkan oleh Abu Abdillah ra. diatas bukan serta merta begitu saja datangnya, tetapi peristiwa tersebut sangat erat hubungannya dengan perilaku umat nabi Nuh as. yang secara singkat dapat kita baca dari rangkuman kehidupan beliau dalam menyampaikan risalah dari Allah SWT. untuk kemashlahatan umat beliau juga di kehidupan akhirat kelak, seperti tulisan dibawah ini:
Nuh as. bersama kaumnya selama 300 tahun, beliau menyampaikan dan mensyiarkan wahyu dari Allah SWT. untuk beriman dan menjalankan perintah-Nya yang lain seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya tetapi kaumnya kafir dan menyembah berhala, sedikit dari mereka yang beriman kepada Allah, karena kekafiran dan kemunafikan kaumnya yang makin merajalela, lalu beliau mohon kepada Allah agar kaumnya dibinasakan saja, namun belasan ribu malaikat membujuknya agar beliau menangguhkan doa tersebut. Beliau memberi tangguh sampai 300 tahun kemudian.
300 tahun kemudian, kekafiran dan kefasikan kaumnya bukannya berkurang tetapi makin meningkat akhirnya beliau berniat kembali memohon (agar kaumnya dibinasakan) kepada Rabbnya. Dua belas ribu malaikat unjuk rasa kepada Nuh as., jangan engkau lakukan itu, tangguhkanlah doamu, nabi Nuh as. menyetujui dan membuat kesepakatan, dan ini kesepakatan-ku yang terakhir, kuberi tangguh 300 tahun lagi. Setelah itu kupastikan doa kupanjatkan kepada Allahu Rabbi untuk membinasakan mereka semua kecuali yang beriman kepada-Nya.
Tiga ratus tahun berlalu, dakwahnya tidak membuahkan hasil yang maksimal, kaumnya semakin kafir dan fasik. Allah menurunkan wahyu kepada beliau: wahai Nuh as., sesungguhnya kaummu tidak akan beriman kecuali sedikit dari mereka (QS: Hud: 36).
Kufah, ditempat ini wahyu Allah diturunkan kepada nabi Nuh as., beliau diperintahkan untuk menanam pohon kurma. 50 tahun berselang, kembali beliau menerima wahyu, pokok kurma yang sudah dewasa diperintahkan Allah untuk ditebang dan di buat menjadi kapal, pembuatannya diupahkan kepada kaumnya dibawah petunjuk Jibril as., kapal tersebut panjangnya: seribu dua ratus hasta, lebarnya: delapan ratus hasta, tingginya: delapan puluh hasta.
Kapal kemudian diselesaikan dalam waktu 200 tahun, kemudian Allah memerintahkan Nuh as. (QS. Hud: 40 dan 41) menyeru kaumnya dan keluarga serta binatang masuk kedalam kapalnya, hanya delapan puluh orang laki-laki yang beriman yang ikut ambil bagian masuk kedalam kapalnya. Kemudian sesuai perintah Allah Azza wa Jalla, beliau memasukkan delapan pasang binatang yang ikut bersama nabi Adam as. keluar dari syurga yang nantinya akan menjadi penghidupan bagi keturunan Nuh as. di bumi. (QS, al- An’aam: 143-144) delapan binatang yang berpasangan adalah domba, kambing, unta, dan lembu.
Kaumnya yang kafir, dan fasik serta istri dan anaknya Kan’an tidak bersedia ikut bersama beliau, meskipun beliau telah menyuruh istri dan anaknya naik, masuk kedalam kapal. Aku, seru anaknya (Kan’an) dari luar kapal, akan berlindung ke Najaf, aku pasti akan selamat disana (QS, Hud: 43), saat itu gempa telah meluluh lantakkan desa-desa di Kufah dan air sudah mulai menggenangi Farat Tannur, dekat masjid Kufah.
Selintas mengenal bumi kita dan kelakuannya, interior bumi bagian terluar, dapat dibedakan menjadi dua lapisan didasarkan sifat fisik dan daya hantar panas yang dimilikinya, kesatu dinamakan litosfer bersifat kaku dan padat, kedua dinamakan astenosfer bersifat padat dan lebih mobil.
Lapisan litosfer, saat ini oleh para ilmuan dibagi menjadi 7 atau 8 lempeng-lempeng tektonik utama, dan banyak lagi lempeng-lempeng berskala kecil. Yang utama diantaranya: lempeng Afrika, lempeng Antartika, lempeng Indo-Australia (dibagi dua jadi: lempeng India dan lempeng Australia), lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, dan lempeng Pasifik. Disamping itu terdapat juga lempeng-lempeng kecil diantaranya; lempeng Arabia, lempeng Karibia, lempeng Juan de Fuca, lempeng Cocos, lempeng Nazca, lempeng laut Philipina, lempeng Scotia, dan lempeng-lempeng kecil lainnya.
Lempeng-lempeng tektonik di dunia (dari Wikipedia)
Antara satu lempeng dengan lempeng lainnya mempunyai batas dan masing-masing lempeng mengalami pergerakan relatif satu sama lainnya. Lempeng-lempeng tersebut secara lateral bergerak dengan kecepatan 50-100 mm per tahun. Dikenal tiga jenis pergerakan antar lempeng yaitu: gerakan saling bertumbukan atau konvergen (lempeng Arabia dengan lempeng Eurasia, dari arah baratdaya ke arah timur laut), bergerak memisahkan diri atau divergen (benua Afrika dan Amerika Selatan), dan jenis pergerakan yang ketiga adalah bergeser satu sama lainnya atau transform.
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan terbentuknya palung samudra merupakan proses geologi yang umum terjadi disepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik.
Kisah, banjir bah dan erupsi gunung berapi Najaf bila kita kaitkan dengan fenomena geologi di kala itu sangatlah menarik, fenomena alam di kala banjir melanda Kufah dan Najaf saat mana nabi Nuh as. dan umatnya bermukim, merupakan akibat adanya aktifitas tektonik dikala itu, banjir bah tentunya ada kaitan dengan gempa bumi yang menimbulkan gelombang laut yang sangat besar atau saat ini kita kenal dengan TSUNAMI. Tsunami terlebih dahulu didahului oleh gempa yang terjadi di bawah permukaan laut dengan kekuatan magnitud dari skala sedang sampai tinggi yang berlokasi di kerak samudra sehingga mendorong air laut ke arah atas.
Contoh paling terdekat adalah Tsunami Aceh yang terjadi dipenghujung tahun 2004. Rekam jejak tsunami Aceh masih bisa kita lihat, betapa dahsyatnya kejadian tersebut sehingga negara lainnya juga berdampak yang sama besarnya dengan yang di alami oleh Aceh seperti negara Thailand misalnya.
Banjir bah dan erupsi gunung berapi yang melanda kawasan kenabian Nuh as. dipastikan jauh lebih dahsyat dari tsunami yang menimpa Aceh dan negara-negara yang mengalami efeknya. Gempa dahsyat pertama kala itu menimbulkan Tsunami yang mengakibatkan banjir bah yang menggenangi kawasan Kufah. Disusul dengan gempa tektonik berikutnya yang meluluh lantakkan Najaf (gunung berapi terbesar dan tertinggi, red) sehingga Kan’an, anak nabi Nuh as. tidak pernah sampai ke Najaf, setelah tsunami ternyata disusul oleh aktifitas tektonik susulan yang menghancurkan Najaf.
Waktu terjadinya kegiatan tektonik, apakah terjadinya saat bersamaan dengan bergesernya lempeng Amerika Selatan dari benua Afrika atau setelah kejadian pergeseran tersebut? Ataukah kemudian setelah terbentuk lempeng Arabia?. Jika Najaf pada zaman itu adalah gunung berapi terbesar, di informasikan bahwa tidak ada gunung lain sebesar gunung tersebut, dan jika kala itu dikatakan (ditafsirkan) bumi merupakan sebuah daratan tunggal, tentunya bisa diinterpretasikan bahwa banjir bah dan erupsi Najaf berkaitan dengan bergesernya lempeng Amerika Selatan dengan lempeng Afrika. Untuk itu diperlukan kajian-kajian, bukti-bukti baru untuk menentukan kapan waktu yang lebih mendekati kebenaran. Bila kita berbicara tentang keimanan, kisah yang diceritakan oleh sahabat-sahabat yang mereka dengar dari Rasulullah SAW. tentang peristiwa banjir besar dan gunung api yang meletus kala itu, tentunya itulah kebenaran, karena nabi Allah menerima informasi dari Rabb-nya melalui malaikat Jibril as.
Kisah Lahirnya Bangsa Kulit Putih, Berwarna, dan Hitam
Dikala air bah sudah menenggelamkan jazirah Arab, Nuh as., suatu ketika beliau tertidur di geladak kapal, disaat itu ombak sangat bersahabat, semilir angin membuat beliau terlelap dalam tidurnya, angin sepoi-sepoi berembus menyingkap pakaiannya sehingga terlihat auratnya. Anaknya Ham yang posisinya paling dekat dengan bapaknya tertawa, anaknya yang lain Yafits dan Sam menoleh saat saudaranya tertawa terpingkal-pingkal. Sam mendekat, menegur keduanya dan membetulkan pakaian bapaknya. Kemudian Sam beranjak dari sisi bapaknya, muncul keisengan kedua saudaranya, disibakkannya pakaian yang tadi sudah dirapikan oleh Sam, mereka tertawa lagi, lebih keras, hal itu membuat Sam marah besar, sambil membenahi pakaian Nuh as.
Karena suara lengkingan kemarahan Sam, bapaknya terbangun, sementara kedua anaknya yang lain masih belum mampu menahan rasa tawanya, Nuh as. menegur mereka, enak sekali ketawa kalian, apa gerangan yang membuat kalian sebahagia ini? Lalu Sam menceritakan kejadian saat tadi beliau tertidur, karena setelah sekian lama berada di atas kapal dan diperlakukan kurang ajar oleh anaknya sendiri, rupanya emosi sukar juga dikendalikan oleh beliau, meskipun demikian beliau akhirnya minta petunjuk kepada Allah SWT. seraya berdoa: Ya Allah, aku mohon petunjuk-Mu dan mohon agar Engkau mengabulkan permohonanku supaya air sulbi (sperma) Ham Engkau rubah sehingga anak-anak yang terlahir dari rahim istrinya, semuanya berkulit hitam. Ubah jugalah, Ya Allah, sperma Yafits. Allah Azza wa Jalla kemudian mengabulkan permintaan nabi Nuh as.
Perbedaan warna kulit umat manusia saat ini adalah alhasil dari doa nabi Nuh as., bangsa yang berkulit hitam adalah keturunan dari Ham. Bangsa Turki, Bulgaria, dan Cina mereka adalah keturnan dari Yafits. Sementara anaknya Sam akan menurunkan keturunan yang warna kulitnya putih.
Murkanya, nabi Nuh as. tidak sampai sebatas hal tersebut diatas, beliau berucap kepada kedua anaknya Ham dan Yafits yang durhaka, Allah SWT. akan menjadikan keturunan kalian sebagai pelayan bagi garis keturunan Sam dan sifat durhaka kalian berdua akan senantiasa muncul pada garis keturunan kalian kelak hingga Kiamat menghancurkan bumi ini. Dan sifat baik juga akan selalu hadir dari keturunan Sam selama dunia ini masih ada. (Riwayat dalam Ilal asy-Syara’i)
Cincin Berukir Kalimah La ilaha illallahu
Setelah gempa dahsyat mengguncang Kufah, kemudian diikuti oleh air laut menggenangi wilayah tersebut, Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu melalui Jibril as. kepada Nuh as.: wahai Nuh, jika kamu takut dengan air bah dan gelombang ini, bertahlillah kepada-Ku sejumlah seribu kali, niscaya Aku akan menyelamatkanmu dan orang-orang yang beriman bersamamu di atas bahtera tersebut. Kapal terisi delapan puluh laki-laki beriman, istrinya ‘Amurah, anak-anak perempuan Nuh as., dan delapan binatang-binatang yang berpasang-pasangan. Tali kapal ditarik, layar terkembang, tiba-tiba gelombang dahsyat menghantam bahteranya, belum sempat beliau baca tahlil, gugup, karena pertama kali mengalami kejadian sedahsyat itu, tapi beliau masih sempat berdoa dengan menggunakan bahasa Suryani: Haluluya alfan alfan ya Mariyan atqin, kapalpun melaju dengan mulus.
Banjir kemudian surut, Nuh as. membuat sebuah cincin dan menulis pada cincinnya kalimat tahlil yang di wahyukan kepadanya oleh Jibril as.: La ilaha illallahu alfa marrah ya Rabbi ashlihni (Tidak ada Tuhan selain Allah, 1000x, Ya Tuhanku, selamatkan aku), tulisan tersebut dimaksudkan agar beliau tak pernah melupakan wahyu Allah yang telah menyelamatkan beliau, keluarga, pengikutnya yang beriman kepada Allah SWT. (dari Adam as. hingga Isa as., oleh Sayid Ni’matullah al- Jazairi)
Episode Terakhir Era Nuh as.
Abu Abdillah ra. berkata:
Saat air bah surut, berserakan tulang belulang mayat manusia dan binatang, menjumpai pemandangan seperti itu beliau sangat sedih dan menyesal akan kejadian yang menimpa umatnya. Allah SWT. memberikan wahyu kepada beliau via Jibril as., wahai hambaku yang sabar dan shaleh, janganlah kamu berlarut-larut dengan kejadian ini, makanlah buah anggur hitam, itu akan mengurangi luka hatimu.
Kapal yang membawa nabi Nuh as. menabrak sebuah gunung, khawatir kapal tersebut akan tenggelam beliau berdoa: Ya Tuhan-ku, selamatkanlah kami. Ya Tuhan-ku, berbuat baiklah pada kami (al- Hadist), itulah gunung Judi disekitar daerah Mosul. Gunung Judi atau bahasa Turkinya “Cudi Dagh”, lokasi ± 200 mil diselatan gunung Ararat, bagian selatan Turki, Kurdistan, koordinatnya adalah 37º 21’ LU dan 42º 17’ BT. (Mount Ararat or Mount Judi, www.arksearch.com/najudi.htm)
Beliau bersama delapan puluh orang-orang laki beriman turun di Mosul, membangun kota ats-Tsamanin (delapan puluh). Setelah itu beliau mukim berpindah-pindah, tentunya ada keterkaitannya dengan dakwah yang ia harus sampaikan kepada pengikutnya dan keturunannya yang hidup di berbagai tempat dibelahan jazirah Arab setelah mereka selamat dari musibah akibat aktifitas geologi di kala itu.
Suatu hari, kala mentari berada pada titik yang paling dekat dengan permukaan bumi, sekonyong-konyong terdengar ucapan assalamu ‘alaika, ya nabi Allah, wa alaikum salam, jawab beliau. Ternyata yang datang adalah Izrail as., malaikat maut, ada apa gerangan ya malaikat maut, engkau mengunjungiku diterik panasnya matahari? Aku diperintah Rabb-ku untuk mencabut ruh-mu. Sebelum engkau melaksanakan tugas yang engkau emban dari Allah, bolehkah aku pindah di tempat yang lebih teduh? mohon Nuh as. kepada sang malaikat. Boleh, kemudian beliau pergi dan mendapatkan tempat yang lebih dingin, ya malaikat, laksanakanlah perintah Tuhan-mu, di cabutlah ruh beliau dari jasadnya.
Jauh hari sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir, tongkat estafet kepemimpinan syiar wahyu Allah kepada penduduk bumi di serahkan beliau kepada anaknya Sam, semua ilmu dan warisan kenabiannya di wariskan, hal tersebut sesuai dengan wahyu yang diterimanya dari malaikat Jibril as. karena pada waktu itu belum lahir nabi pengganti sehingga harus di wariskan kepada yang alim diantara pengikutnya, tapi isyarat kelahiran nabi berikutnya sudah beliau terima dari Jibril as., bahwa nantinya Hud as. akan meneruskan syiar risalah dari Allah Azza wa Jalla kepada penduduk bumi.
Sabtu, 06 Februari 2010
KULIT PUTIH, BEWARNA, dan HITAM (Asal Usul)
Berhari-hari berlayar di atas kapal, nabi Nuh as., suatu ketika beliau karena kecapean tertidur selain lelah karena harus menyelamatkan kaumnya, keluarganya, juga harus membawa binatang-binatang bersama mereka di dalam kapal setelah bencana banjir bah dan erupsi Najaf (gunung berapi).
Rupanya ombak yang sudah mulai bersahabat dan semilir angin laut disiang itu, menjadikan beliau terlelap dan tanpa beliau sadari hembusan angin nakal telah menyingkapkan pakaian beliau, akibatnya aurat beliau terlihat oleh anaknya. Seorang anaknya yang bernama Ham melihat kejadian tersebut tertawa, ketawanya memancing saudaranya yang lain menoleh, ada apa gerangan yang terjadi? Yafits anak beliau yang lain akhirnya juga ikutan tertawa saat memandang bapaknya yang lagi tidur tapi auratnya sangat jelas terlihat. Beda dengan saudaranya yang lagi menertawakan bapaknya, Sam anak beliau yang lain lansung mengambil kain dan menutupi aurat bapaknya yang terbuka oleh tiupan air laut tersebut. Ham dan Yafits timbul keisengannya, kain penutup itu, di buang oleh mereka sehingga kembali aurat bapaknya terpapar. Sam, jengkel dan marah melihat perbuatan kedua saudaranya tersebut, olehnya ditutup lagi dengan kain. Kedua saudaranya kembali melakukan hal sebelumnya, bagi Sam, keduanya sudah keterlaluan sehingga membuatnya marah, itu mengganggu tidur nabi Nuh as., akhirnya beliau terjaga.
Nabi Nuh as. dengan kelembutan sebagai seorang tua beliau bertanya: ada apa ini, wahai anak-anakku? Sam lansung bercerita kepada beliau tentang apa yang diperbuat oleh kedua saudaranya kepada, bapaknya. Tidak lansung marah memang, tapi bagi beliau itu adalah aib yang sangat besar, dengan mata kepala sendiri beliau tidak pernah melihat auratnya, apalagi ini orang lain berani-beraninya melecehkan dirinya, meskipun itu anaknya sendiri. Dengan menahan amarah yang sangat besar beliau berdoa kepada Allah Azza wa Jalla sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas: Ya Rabbku, aku mohon petunjuk-Mu dan mohon agar Engkau mau mengabulkan permintaanku ini atas dosa-dosa yang telah diperbuat oleh kedua anakku, mohon supaya air sulbi (sperma) Ham, Engkau rubah, jika dia menikah dan memiliki anak jadikanlah seluruh keturunannya berkulit hitam, bagi anakku Yafits, ubah lah air sulbi (sperma) -nya sehingga bila istrinya melahirkan kelak, anak-anaknya dan keturunannya memiliki kulit bewarna. Kala itu juga doa beliau di ijabah oleh Allahu Rabbi.
Sehingga peristiwa tersebut menjadi awal umat manusia memiliki kulit yang berbeda. Bangsa kulit hitam mewarisi sifat generatif dari nenek moyang mereka Ham. Bangsa kulit bewarna yang dimiliki oleh Turki, Bulgaria, dan Cina mereka berasal dari garis keturunan Yafits. Sedangkan Sam mewariskan keturunan dengan kulit bewarna putih.
Nabi Nuh as. rupanya sangat marah besar dengan kejadian tersebut, beliaupun menambahkan doanya dengan berkata: wahai anakku Ham dan Yafits, selain warna kulit keturunan kalian akan berbeda dengan warna kulit keturunan Sam, keturunan kalianpun nantinya akan menjadi pelayan bagi keturunan Sam hingga Kiamat meluluh lantakkan bumi ini.
Jumat, 05 Februari 2010
Kufah dan Najaf, dua buah kota di Iraq. Kufah terletak 10 km di timur laut Najaf, 160 km di selatan Bagdad, diriwayatkan dulunya tempat nabi Nuh as., keluarga, dan kaumnya hidup sekaligus tempat mereka bermukim. Najaf dalam bahasa Arab artinya daerah tinggian atau gunung, jaraknya dari Bagdad sekitar 170 km, di kota ini terdapat Masjid Imam Ali juga kuburan beliau. Imam Ali adalah sepupu sekaligus menantu, suami dari anak nabi Muhammad SAW., Fatimah.
Fenomena geologi di Jazirah Arab cukup menarik untuk disajikan berkenaan dengan relasinya terhadap banjir dan erupsi yang terjadi saat nabi Nuh as. diberi perintah oleh Allah SWT. untuk manaiki kapal setelah membangunnya atas petunjuk malaikat Jibril as. Sebelum kita memasuki wilayah fenomena geologinya, ada baiknya kita menyimak dua hadist berikut ini:
Fenomena geologi di Jazirah Arab cukup menarik untuk disajikan berkenaan dengan relasinya terhadap banjir dan erupsi yang terjadi saat nabi Nuh as. diberi perintah oleh Allah SWT. untuk manaiki kapal setelah membangunnya atas petunjuk malaikat Jibril as. Sebelum kita memasuki wilayah fenomena geologinya, ada baiknya kita menyimak dua hadist berikut ini:
Hadist pertama dari Rasulullah SAW.; sewaktu bumi memancarkan air, seorang ibu dengan anak yang digendongnya berlarian ke atas bukit menghindari kejaran air, sepertiga bukit sudah dinaikinya, air bah terus menyusulnya, dengan anak masih digendongan, bukit terus didakinya hingga dia berada di puncak bukit tersebut, tapi air bah tersebut masih naik sampai mencapai batas lehernya, dia berusaha dengan sekuat tenaga menyelamatkan anaknya, diangkat anaknya melampaui kepalanya namun air bah tersebut malah menggulung mereka berdua.
Hadist kedua dari Abu Abdillah ra., beliau meriwayatkan sabda Nabi SAW.: Najaf era nabi Nuh as. adalah sebuah gunung berapi, gunung ini menjadi tujuan anak Nuh as. yang bernama Kan’an untuk mencari perlindungan dari banjir besar sewaktu Allah SWT. mengabulkan doa hambanya yang sabar dan shaleh Nuh as. untuk membinasakan kaumnya yang setiap harinya menyembah patung dan lukisan-lukisan yang dibuat iblis untuk menghibur kaum yang ditinggal pergi oleh keluarganya yang beriman karena telah cukup ajalnya. Beberapa waktu berselang dari banjir bah, Najaf (tiada gunung lain dipermukaan bumi yang lebih besar darinya, kala itu, red.) meletus, Allah Azza wa Jalla menitahkan; Wahai gunung, apakah dia (Kan’an, red.) dapat mencari perlindunganmu dari siksa-Ku? Gunung tersebut menjadi murka, menghancurkan tubuh dan akarnya, potongannya sampai berjatuhan ke negeri Syam, debu halusnya bertebaran di permukaan bumi, dan sisanya menjadi lautan, kemudian laut tersebut dinamakan Najaf oleh penduduk sekitarnya.
Kisah yang diriwayatkan oleh Abu Abdillah ra. diatas bukan serta merta begitu saja datangnya, tetapi peristiwa tersebut sangat erat hubungannya dengan perilaku umat nabi Nuh as. yang secara singkat dapat kita baca dari rangkuman kehidupan beliau dalam menyampaikan risalah dari Allah SWT. untuk kemashlahatan umat beliau juga di kehidupan akhirat kelak, seperti tulisan dibawah ini:
Nuh as. bersama kaumnya selama 300 tahun, beliau menyampaikan dan mensyiarkan wahyu dari Allah SWT. untuk beriman dan menjalankan perintah-Nya yang lain seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya tetapi kaumnya kafir dan menyembah berhala, sedikit dari mereka yang beriman kepada Allah, karena kekafiran dan kemunafikan kaumnya yang makin merajalela beliau mohon kepada Allah agar kaumnya dibinasakan saja, namun belasan ribu malaikat membujuknya agar beliau menangguhkan doa tersebut. Beliau memberi tangguh sampai 300 tahun kemudian.
300 tahun kemudian, kekafiran dan kefasikan kaumnya bukannya berkurang tetapi makin meningkat akhirnya beliau berniat kembali memohon agar kaumnya dibinasakan, kepada Rabbnya, dua belas ribu malaikat unjuk rasa kepada Nuh as., jangan engkau lakukan itu, tangguhkanlah doamu, nabi Nuh as. menyetujui dan membuat kesepakatan, dan ini kesepakatan-ku yang terakhir, kuberi tangguh 300 tahun lagi. Setelah itu kupastikan doa kupanjatkan kepada Allahu Rabbi untuk membinasakan mereka semua kecuali yang beriman kepada-Nya.
Tiga ratus tahun berlalu, dakwahnya tidak membuahkan hasil yang maksimal, kaumnya semakin kafir dan fasik. Allah menurunkan wahyu kepada beliau: wahai Nuh as., sesungguhnya kaummu tidak akan beriman kecuali sedikit dari mereka (QS, Hud: 36).
Kufah, ditempat ini wahyu Allah diturunkan kepada nabi Nuh as., beliau diperintahkan untuk menanam pohon kurma. 50 tahun berselang, kembali beliau menerima wahyu, pokok kurma yang sudah dewasa diperintahkan Allah untuk ditebang dan di buat menjadi kapal, pembuatannya diupahkan kepada kaumnya dibawah petunjuk Jibril as., kapal tersebut panjangnya: seribu dua ratus hasta, lebarnya: delapan ratus hasta, tingginya: delapan puluh hasta. Kapal kemudian diselesaikan dalam waktu 50 tahun, kemudian Allah memerintahkan Nuh as. (QS. Hud: 40 dan 41) menyeru kaumnya dan keluarga serta binatang masuk kedalam kapalnya, hanya delapan puluh orang laki-laki yang beriman yang ikut ambil bagian masuk kedalam kapalnya.
Kaumnya yang kafir, dan fasik serta istri dan anaknya Kan’an tidak bersedia ikut bersama beliau, meskipun beliau telah menyuruh istri dan anaknya naik, masuk kedalam kapal. Aku, seru anaknya (Kan’an) dari luar kapal, akan berlindung ke Najaf, aku pasti akan selamat disana (QS, Hud: 43), saat itu gempa telah meluluh lantakkan desa-desa di Kufah dan air sudah mulai menggenangi Farat Tannur, dekat masjid Kufah.
Selintas mengenal bumi kita dan kelakuannya, interior bumi bagian terluar, dapat dibedakan menjadi dua lapisan didasarkan sifat fisik dan daya hantar panas yang dimilikinya, kesatu dinamakan litosfer bersifat kaku dan padat, kedua dinamakan astenosfer bersifat padat dan lebih mobil.
Lapisan litosfer, saat ini oleh para ilmuan dibagi menjadi 7 atau 8 lempeng-lempeng tektonik utama, dan banyak lagi lempeng-lempeng berskala kecil. Yang utama diantaranya: lempeng Afrika, lempeng Antartika, lempeng Indo-Australia (dibagi dua jadi: lempeng India dan lempeng Australia), lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, dan lempeng Pasifik. Disamping itu terdapat juga lempeng-lempeng kecil diantaranya; lempeng Arabia, lempeng Karibia, lempeng Juan de Fuca, lempeng Cocos, lempeng Nazca, lempeng laut Philipina, lempeng Scotia, dan lempeng-lempeng kecil lainnya. Lempeng-lempeng tektonik di dunia (dari Wikipedia)
Antara satu lempeng dengan lempeng lainnya mempunyai batas dan masing-masing lempeng mengalami pergerakan relatif satu sama lainnya. Lempeng-lempeng tersebut secara lateral bergerak dengan kecepatan 50-100 mm per tahun. Dikenal tiga jenis pergerakan antar lempeng yaitu: gerakan saling bertumbukan atau konvergen (lempeng Arabia dengan lempeng Eurasia, dari arah baratdaya ke arah timur laut), bergerak memisahkan diri atau divergen (benua Afrika dan Amerika Selatan), dan jenis pergerakan yang ketiga adalah bergeser satu sama lainnya atau transform.
Antara satu lempeng dengan lempeng lainnya mempunyai batas dan masing-masing lempeng mengalami pergerakan relatif satu sama lainnya. Lempeng-lempeng tersebut secara lateral bergerak dengan kecepatan 50-100 mm per tahun. Dikenal tiga jenis pergerakan antar lempeng yaitu: gerakan saling bertumbukan atau konvergen (lempeng Arabia dengan lempeng Eurasia, dari arah baratdaya ke arah timur laut), bergerak memisahkan diri atau divergen (benua Afrika dan Amerika Selatan), dan jenis pergerakan yang ketiga adalah bergeser satu sama lainnya atau transform.
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan terbentuknya palung samudra hal yang umum terjadi disepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik.
Kisah, banjir bah dan erupsi gunung berapi Najaf bila kita kaitkan dengan fenomena geologi di kala itu sangatlah menarik, fenomena alam di kala banjir melanda Najaf dan Kufah saat mana nabi Nuh as. dan umatnya bermukim, merupakan akibat adanya aktifitas tektonik dikala itu, banjir bah tentunya ada kaitan dengan gempa bumi yang menimbulkan gelombang laut yang sangat besar atau saat ini kita kenal dengan TSUNAMI. Tsunami terlebih dahulu didahului oleh gempa yang terjadi di bawah permukaan laut dengan kekuatan magnitud dari skala sedang sampai tinggi yang berlokasi di kerak samudra sehingga mendorong air laut ke arah atas.
Contoh paling terdekat adalah Tsunami Aceh yang terjadi dipenghujung tahun 2004. Rekam jejak tsunami Aceh masih bisa kita lihat, betapa dahsyatnya kejadian tersebut sehingga negara lainnya juga berdampak yang sama besarnya dengan yang di alami oleh Aceh seperti negara Thailand misalnya.
Banjir bah dan erupsi gunung berapi yang melanda kawasan kenabian Nuh as. dipastikan jauh lebih dahsyat dari tsunami yang menimpa Aceh dan negara-negara yang mengalami efeknya. Gempa dahsyat pertama menimbulkan Tsunami yang mengakibatkan banjir bah yang menggenangi kawasan Kufah. Disusul dengan gempa tektonik berikutnya yang meluluh lantakkan Najaf (gunung berapi terbesar dan tertinggi, red) sehingga Kan’an, anak nabi Nuh as. dihancurkan oleh letusan Najaf yang maha dahsyat.
Banjir bah dan erupsi gunung berapi yang melanda kawasan kenabian Nuh as. dipastikan jauh lebih dahsyat dari tsunami yang menimpa Aceh dan negara-negara yang mengalami efeknya. Gempa dahsyat pertama menimbulkan Tsunami yang mengakibatkan banjir bah yang menggenangi kawasan Kufah. Disusul dengan gempa tektonik berikutnya yang meluluh lantakkan Najaf (gunung berapi terbesar dan tertinggi, red) sehingga Kan’an, anak nabi Nuh as. dihancurkan oleh letusan Najaf yang maha dahsyat.
Waktu terjadinya kegiatan tektonik, apakah terjadinya saat bersamaan dengan bergesernya lempeng Amerika Selatan dari benua Afrika atau setelah kejadian pergeseran tersebut. Ataukah lemudian setelah terbentuk lempeng Arabia, karena pergerakan relatifnya kearah timur laut menumbuk lempeng Eurasia. Jika Najaf adalah gunung berapi yang terdapat saat bumi masih merupakan sebuah daratan tunggal, tentunya banjir bah dan erupsi Najaf berkaitan dengan bergesernya lempeng Amerika Selatan dengan lempeng Afrika.
Jumat, 29 Januari 2010
Kamis, 28 Januari 2010
DAHSYAT, DARI HADRAMAUT MENAKLUKKAN ROMAWI
Dzulkifli as. adalah orang yang ditunjuk dan diamanahkan wahyu oleh Allah SWT. sebagai jaminan terhadap permohonan kaumnya yang menginginkan kehidupan dunia melebihi kematian. Kaumnya termasuk hamba yang beriman hanya saja ketika nabi mereka diperintahkan untuk mengajak bangsa Romawi beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan menganjurkan kaumnya untuk turut serta dalam menyebarkan risalah Allah SWT., kaumnya enggan. Mereka berjanji dan hanya mau ikut terlibat dalam team tersebut bilamana Allah Yang Maha Kuasa mau memberikan mereka umur yang panjang dan tidak mematikan mereka kecuali atas keinginan mereka sendiri.
dZULKIFLI as. nabi yang berasal dari Hadramaut. Hadramaut atau Hedramaut, merupakan sebuah lembah subur di negeri Yaman, bangsa Yunani menemukan mata air di gurun tandus Arabia dan mereka menyebut daerah temuannya itu dengan Hydreumata atau sumber air. Bangsa Arab menamakannya Hadramaut, karena dikaitkan dengan kepahlawanan Amir bin Qahtan, jika beliau beraksi di wilayah itu akan bergelimpangan mayat-mayat oleh pedangnya. Wilayah ini, kebanyakan asal dari keturunan Arab di Indonesia, muslim, pedagang dan petualang, mulai dari benua Afrika sampai Asia. Berdakwah, menetap, dan menikahi gadis-gadis pribumi.
Nama aslinya Uwaidiya bin Idrim (riwayat dari Abdul Azhim al-Hasani), alias Basyar bin Ayyub as-Shabir (versi Ats-Tsa’labi). Beliau termasuk umat nabi Ilyas as., berkiprah sepeninggal nabi Sulaiman as., terpilih menggantikannya karena mau melakukan kontrak kerja dengan melaksanakan tiga syarat yaitu:
1. Sepanjang siang hari akan menjalankan ibadah puasa terus menerus.
2. Saban malam menyanggupi untuk mengerjakan ibadah shalat tahajud.
3. Berjanji tidak akan emosi atau marah, bagaimanapun beratnya ujian dan cobaan yang menimpanya.
1. Sepanjang siang hari akan menjalankan ibadah puasa terus menerus.
2. Saban malam menyanggupi untuk mengerjakan ibadah shalat tahajud.
3. Berjanji tidak akan emosi atau marah, bagaimanapun beratnya ujian dan cobaan yang menimpanya.
Keseharian beliau, rutin melaksanakan kontrak kerja yang dia buat bersama nabi Ilyas as. sewaktu masih hidup. Siang hari menjalankan ibadah puasa, malam harinya senantiasa mengerjakan ibadah shalat malam yaitu qiyamul lail , dan terakhir apapun yang menimpa dirinya serta umatnya selalu dia punya solusi yang sangat bijaksana tanpa sedikitpun raut wajahnya menampakkan kemarahan.
Dua buah kisah berikut merupakan sedikit hal yang diceritakan Rasulullah saw. kepada para sahabat tentang peringkat kesabaran nabi Dzulkifli as. Kisah pertama punya keterkaitan erat saat beliau melakukan kontrak kerja dengan nabi Ilyas as. Saat bersamaan dengan kontrak kerja tersebut, Iblis juga membuat kesepakatan kerja dengan pengikutnya.
Abyadh, pengikut sekaligus karyawan kontrak iblis yang akan bertindak sebagai pelaku keonaran dalam rangka menggoyahkan keimanan dan memicu kemarahan sang nabi. Di siang yang terik, dia mendatangi kediaman nabi Dzulkifli as., dia berteriak memanggil nama beliau, saat itu beliau sedang mengaso. Wahai Dzulkifli, aku telah dizalimi oleh seseorang. Beliau keluar dan menyuruh masuk tamunya yang memanggil namanya dengan tidak sopan. Ada keperluan apa saudaraku berkunjung ketempatku? dengan suara yang dinaikkan tamunya berkata; aku telah di zalimi orang.
Dengan suara lembut beliau menyarankan, ajaklah orang yang menzalimi anda datang kerumahku, mari kita selesaikan persoalan anda dengan musuh anda secara baik-baik. Belum juga selesai Dzulkifli as. mengakhiri kalimatnya, Abyadh telah memotongnya, tidak, tidak, aku tidak akan ketempatnya. Datangilah musuhmu, bawalah cincin ini dan perlihatkanlah kepadanya, kata Dzulkifli as. Akhirnya dengan cemberut dan rasa dongkol di wajahnya iblis yang sedang menyamar sebagai Abyadh meninggalkan tempat kediaman sang nabi.
Keesokan hari, matahari bersinar dalam posisi tegak lurus dengan daratan, si Abyadh muncul lagi, seperti waktu kemarin dia kembali bikin gaduh. Nabi Dzulkifli yang masih berbaring, sama dan sebangun dengan hari sebelumnya, karena malamnya melaksanakan “qiyamul lail” dan siangnya berpuasa, beliau tidur-tiduran, terus tertidur dengan lelap. Tamunya melengkingkan suaranya, aku yang kemaren dizalimi, datang, ternyata musuhku tidak mau menghargai cincin pemberian engkau kemaren. Ribut-ribut diluar, salah satu penghuni rumah tersebut keluar menemui orang yang marah-marah di halaman rumah. Wahai saudaraku, pulanglah engkau, beliau yang sedang engkau cari, saat ini sedang tidur, beliau bangun di malam dan sore hari sedangkan di waktu siang ini biasanya beliau tidur.
Aku tidak akan pulang, jawab Abyadh, tidak akan kubiarkan dia tidur dengan nyenyak sebelum persoalanku dengan musuhku yang telah menyengsarakanku di adili secara jujur. Pusing, pusing, disiang bolong dengan suhu udara yang menyengat saat itu ada saja yang tidak mau di beri nasehat, akhirnya dengan perasaan sedikit dongkol penghuni rumah tersebut dengan sedikit rasa takut membangunkan juga nabi Dzulkifli as. Karena belum cukup tidurnya, dia mengambil sesuatu dan menulis diatasnya, setelah diberi cap, disodorkan kepada yang membangunkannya dan kata beliau; tolong engkau berikan surat ini, perlihatkanlah surat tersebut ke musuh tamuku itu.
Besoknya, simelekete alias Abyadh muncul lagi, berteriak lagi dengan suara keras, sudahlah Dzulkifli, engkau tidak, tidak ada apa-apanya, suratmu tidak punya pengaruh apapun bagi musuhku, ditolehpun tidak oleh dia. Sebetulnya beliau memang menunggu kedatangan tamunya yang kemaren tapi rasa kantuk yang kuat membuatnya tertidur. Terbangun juga beliau, sayup-sayup suara tamu kemaren terdengar, hapal dia dengan suara tamunya. Beliau keluar, lansung disonsong oleh tamunya, ditarik tangan beliau, diseret ke tengah gurun panas, di bawa ketempat musuhnya, iblis. Di bawah terik panas, di padang pasir yang luas, orang yang kurang tidur, berpuasa, heran itu iblis, masih saja dia lihat senyum terpapar dari bibir Dzulkifli as. dia lepaskan tangannya yang mencengkeram lengan sang nabi, takluk, takluk aku jawab iblis bernama Abyadh, tiada amarah sedikitpun kujumpai.
Allah SWT., berfirman kepada Rasulullah saw., kisah kedua tentang kesabaran nabi Dzulkifli as.: Beliau, Aku perintahkan untuk mensyiarkan risalah-Ku ke bangsa Romawi, pengikut beliau beriman kepadaKu namun mereka enggan memenuhi ajakan nabinya.
Kami, wahai Dzulkifli as., cinta akan kehidupan, tidak mau mati sia-sia, karena akhirnya syiar risalah Allah SWT. akan berujung dengan peperangan. Meskipun demikian kami juga tidak berani melanggar ketentuan Rabb kita. Karenanya tolonglah mohon kepada Tuhan, bagi kami, lebihkan usia kami, tolong Tuhan jangan mematikan kami kecuali kematian tersebut kami menginginkannya.
Dzulkifli as., tersenyum, meskipun itu mustahil, dia lalu shalat di malam hari, setelah hanyut dengan shalatnya, ke dua telapak tangannya ditengadahkan ke atas, dengan lembut dan lirih dia berbisik seraya berdoa: Wahai Rabb, yang menitahkanku agar menyiarkankan risalah yang Engkau turunkan kepadaku untuk bangsa Romawi, umatku, memintaku agar memohon pada-Mu apa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ampuni aku, janganlah Engkau hukum diriku ini karena perbuatan orang lain selainku.
Allah SWT., mewahyukan pada Dzulkifli as., Sesungguhnya wahai hambaku yang shaleh lagi sabar, Kumengetahui keinginan umatmu, Kukabulkan doamu, akan Kupanjangkan umur mereka dan Kubiarkan kematian mereka yang akan menentukan adalah mereka sendiri.
Dilanjutkan ceritanya oleh nabi Muhammad saw., Dzulkifli as. dan pengikutnya kemudian memasuki negeri Romawi.
Romawi menurut salah satu versi, dikisahkan berasal dari nama pendahulu mereka yang menetap dan membuka tempat pemukiman baru yaitu Rum bin Aish bin Ishaq bin Ibrahim. Peradaban tempo dulu itu letaknya terpusat di kota Roma saat ini, di muara sungai Tiber. Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Alhasil bangsa yang semula santun ini akhirnya doyan perang, merampas harta daerah taklukkan (Timur Tengah, sebagian jadi jajahan mereka) disamping itu mereka gemar mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan, dengan upah yang sangat rendah.
Allah SWT. mengutus nabi Dzulkifli as. ke Romawi dengan tugas utamanya adalah untuk mendakwahkan Firman Allah Azza wa Jalla, karena bangsa ini perilakunya sudah di luar batas kewajaran dan jika mereka masih mengingkari agama nenek moyangnya maka Allah SWT. mempersilahkan Dzulkifli as. dan pengikutnya untuk berjihad melawan bangsa tersebut. Ternyata pilihannya adalah jihad, beliau dan pengikutnya menghancurkan kepongahan bangsa tersebut, lalu menaklukkannya dan menguasainya, akhirnya mereka menetap disitu.
Yang menarik dari penguasa baru bangsa Romawi ini adalah jumlah populasi mereka bertambah begitu cepat, sehingga daerah tersebut penuh sesak oleh pengikut nabi Dzulkifli as. hal ini dengan sendirinya menimbulkan persoalan baru yaitu tiada lagi kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Mereka merenung dan berpikir mencari tahu apa penyebab semua ini, ingatlah mereka akan permohonan doa dulu via nabinya, mohon dipanjangkan usia, akibatnya terjadi booming populasi karena mereka mengingkari kematian. Bersepakat mereka untuk melakukan musyawarah, hasilnya, disepakati mereka harus menemui nabi Dzulkifli as., seorang diantara mereka ditunjuk sebagai pemimpin, kemudian dia berkata pada Dzulkifli as.: wahai nabi Allah, tolonglah kami, berdoalah kepada Allah Azza wa Jalla agar kematian kami dikembalikan sesuai takdir yang telah diputuskan-Nya. Beliaupun memohon petunjuk kepada Sang Rabb, perihal permohonan umatnya. Allah SWT. kemudian mengingatkan melalui malaikat kepada nabinya, apakah kaummu lebih mengetahui bahwa pilihan-Ku jauh lebih sempurna dari pilihan mereka? Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, meskipun hambanya melakukan pembangkangan pada-Nya. Takdir kematian mereka dikembalikan seperti sediakala, maka ruh-ruh mereka kembali ke asalnya.
Dzulkifli as. wafat di negeri Syam di usia 95 tahun, meskipun demikian kelahiran Hadramaut ini dengan keshalehan dan kesabarannya serta atas izin Allah Azza wa Jalla mampu menaklukkan Romawi dan mengubah bangsa yang tadinya mungkar kepada Sang Khalik menjadi bangsa yang shaleh di zaman itu.
Langganan:
Postingan (Atom)