Kamis, 28 Januari 2010

DAHSYAT, DARI HADRAMAUT MENAKLUKKAN ROMAWI



Dzulkifli as. adalah orang yang ditunjuk dan diamanahkan wahyu oleh Allah SWT. sebagai jaminan terhadap permohonan kaumnya yang menginginkan kehidupan dunia melebihi kematian. Kaumnya termasuk hamba yang beriman hanya saja ketika nabi mereka diperintahkan untuk mengajak bangsa Romawi beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan menganjurkan kaumnya untuk turut serta dalam menyebarkan risalah Allah SWT., kaumnya enggan. Mereka berjanji dan hanya mau ikut terlibat dalam team tersebut bilamana Allah Yang Maha Kuasa mau memberikan mereka umur yang panjang dan tidak mematikan mereka kecuali atas keinginan mereka sendiri.

dZULKIFLI as. nabi yang berasal dari Hadramaut. Hadramaut atau Hedramaut, merupakan sebuah lembah subur di negeri Yaman, bangsa Yunani menemukan mata air di gurun tandus Arabia dan mereka menyebut daerah temuannya itu dengan Hydreumata atau sumber air. Bangsa Arab menamakannya Hadramaut, karena dikaitkan dengan kepahlawanan Amir bin Qahtan, jika beliau beraksi di wilayah itu akan bergelimpangan mayat-mayat oleh pedangnya. Wilayah ini, kebanyakan asal dari keturunan Arab di Indonesia, muslim, pedagang dan petualang, mulai dari benua Afrika sampai Asia. Berdakwah, menetap, dan menikahi gadis-gadis pribumi.

Nama aslinya Uwaidiya bin Idrim (riwayat dari Abdul Azhim al-Hasani), alias Basyar bin Ayyub as-Shabir (versi Ats-Tsa’labi). Beliau termasuk umat nabi Ilyas as., berkiprah sepeninggal nabi Sulaiman as., terpilih menggantikannya karena mau melakukan kontrak kerja dengan melaksanakan tiga syarat yaitu:
1. Sepanjang siang hari akan menjalankan ibadah puasa terus menerus.
2. Saban malam menyanggupi untuk mengerjakan ibadah shalat tahajud.
3. Berjanji tidak akan emosi atau marah, bagaimanapun beratnya ujian dan cobaan yang menimpanya.

Keseharian beliau, rutin melaksanakan kontrak kerja yang dia buat bersama nabi Ilyas as. sewaktu masih hidup. Siang hari menjalankan ibadah puasa, malam harinya senantiasa mengerjakan ibadah shalat malam yaitu qiyamul lail , dan terakhir apapun yang menimpa dirinya serta umatnya selalu dia punya solusi yang sangat bijaksana tanpa sedikitpun raut wajahnya menampakkan kemarahan.

Dua buah kisah berikut merupakan sedikit hal yang diceritakan Rasulullah saw. kepada para sahabat tentang peringkat kesabaran nabi Dzulkifli as. Kisah pertama punya keterkaitan erat saat beliau melakukan kontrak kerja dengan nabi Ilyas as. Saat bersamaan dengan kontrak kerja tersebut, Iblis juga membuat kesepakatan kerja dengan pengikutnya.

Abyadh, pengikut sekaligus karyawan kontrak iblis yang akan bertindak sebagai pelaku keonaran dalam rangka menggoyahkan keimanan dan memicu kemarahan sang nabi. Di siang yang terik, dia mendatangi kediaman nabi Dzulkifli as., dia berteriak memanggil nama beliau, saat itu beliau sedang mengaso. Wahai Dzulkifli, aku telah dizalimi oleh seseorang. Beliau keluar dan menyuruh masuk tamunya yang memanggil namanya dengan tidak sopan. Ada keperluan apa saudaraku berkunjung ketempatku? dengan suara yang dinaikkan tamunya berkata; aku telah di zalimi orang.

Dengan suara lembut beliau menyarankan, ajaklah orang yang menzalimi anda datang kerumahku, mari kita selesaikan persoalan anda dengan musuh anda secara baik-baik. Belum juga selesai Dzulkifli as. mengakhiri kalimatnya, Abyadh telah memotongnya, tidak, tidak, aku tidak akan ketempatnya. Datangilah musuhmu, bawalah cincin ini dan perlihatkanlah kepadanya, kata Dzulkifli as. Akhirnya dengan cemberut dan rasa dongkol di wajahnya iblis yang sedang menyamar sebagai Abyadh meninggalkan tempat kediaman sang nabi.

Keesokan hari, matahari bersinar dalam posisi tegak lurus dengan daratan, si Abyadh muncul lagi, seperti waktu kemarin dia kembali bikin gaduh. Nabi Dzulkifli yang masih berbaring, sama dan sebangun dengan hari sebelumnya, karena malamnya melaksanakan “qiyamul lail” dan siangnya berpuasa, beliau tidur-tiduran, terus tertidur dengan lelap. Tamunya melengkingkan suaranya, aku yang kemaren dizalimi, datang, ternyata musuhku tidak mau menghargai cincin pemberian engkau kemaren. Ribut-ribut diluar, salah satu penghuni rumah tersebut keluar menemui orang yang marah-marah di halaman rumah. Wahai saudaraku, pulanglah engkau, beliau yang sedang engkau cari, saat ini sedang tidur, beliau bangun di malam dan sore hari sedangkan di waktu siang ini biasanya beliau tidur.

Aku tidak akan pulang, jawab Abyadh, tidak akan kubiarkan dia tidur dengan nyenyak sebelum persoalanku dengan musuhku yang telah menyengsarakanku di adili secara jujur. Pusing, pusing, disiang bolong dengan suhu udara yang menyengat saat itu ada saja yang tidak mau di beri nasehat, akhirnya dengan perasaan sedikit dongkol penghuni rumah tersebut dengan sedikit rasa takut membangunkan juga nabi Dzulkifli as. Karena belum cukup tidurnya, dia mengambil sesuatu dan menulis diatasnya, setelah diberi cap, disodorkan kepada yang membangunkannya dan kata beliau; tolong engkau berikan surat ini, perlihatkanlah surat tersebut ke musuh tamuku itu.

Besoknya, simelekete alias Abyadh muncul lagi, berteriak lagi dengan suara keras, sudahlah Dzulkifli, engkau tidak, tidak ada apa-apanya, suratmu tidak punya pengaruh apapun bagi musuhku, ditolehpun tidak oleh dia. Sebetulnya beliau memang menunggu kedatangan tamunya yang kemaren tapi rasa kantuk yang kuat membuatnya tertidur. Terbangun juga beliau, sayup-sayup suara tamu kemaren terdengar, hapal dia dengan suara tamunya. Beliau keluar, lansung disonsong oleh tamunya, ditarik tangan beliau, diseret ke tengah gurun panas, di bawa ketempat musuhnya, iblis. Di bawah terik panas, di padang pasir yang luas, orang yang kurang tidur, berpuasa, heran itu iblis, masih saja dia lihat senyum terpapar dari bibir Dzulkifli as. dia lepaskan tangannya yang mencengkeram lengan sang nabi, takluk, takluk aku jawab iblis bernama Abyadh, tiada amarah sedikitpun kujumpai.

Allah SWT., berfirman kepada Rasulullah saw., kisah kedua tentang kesabaran nabi Dzulkifli as.: Beliau, Aku perintahkan untuk mensyiarkan risalah-Ku ke bangsa Romawi, pengikut beliau beriman kepadaKu namun mereka enggan memenuhi ajakan nabinya.

Kami, wahai Dzulkifli as., cinta akan kehidupan, tidak mau mati sia-sia, karena akhirnya syiar risalah Allah SWT. akan berujung dengan peperangan. Meskipun demikian kami juga tidak berani melanggar ketentuan Rabb kita. Karenanya tolonglah mohon kepada Tuhan, bagi kami, lebihkan usia kami, tolong Tuhan jangan mematikan kami kecuali kematian tersebut kami menginginkannya.

Dzulkifli as., tersenyum, meskipun itu mustahil, dia lalu shalat di malam hari, setelah hanyut dengan shalatnya, ke dua telapak tangannya ditengadahkan ke atas, dengan lembut dan lirih dia berbisik seraya berdoa: Wahai Rabb, yang menitahkanku agar menyiarkankan risalah yang Engkau turunkan kepadaku untuk bangsa Romawi, umatku, memintaku agar memohon pada-Mu apa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ampuni aku, janganlah Engkau hukum diriku ini karena perbuatan orang lain selainku.

Allah SWT., mewahyukan pada Dzulkifli as., Sesungguhnya wahai hambaku yang shaleh lagi sabar, Kumengetahui keinginan umatmu, Kukabulkan doamu, akan Kupanjangkan umur mereka dan Kubiarkan kematian mereka yang akan menentukan adalah mereka sendiri.

Dilanjutkan ceritanya oleh nabi Muhammad saw., Dzulkifli as. dan pengikutnya kemudian memasuki negeri Romawi.


Romawi menurut salah satu versi, dikisahkan berasal dari nama pendahulu mereka yang menetap dan membuka tempat pemukiman baru yaitu Rum bin Aish bin Ishaq bin Ibrahim. Peradaban tempo dulu itu letaknya terpusat di kota Roma saat ini, di muara sungai Tiber. Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Alhasil bangsa yang semula santun ini akhirnya doyan perang, merampas harta daerah taklukkan (Timur Tengah, sebagian jadi jajahan mereka) disamping itu mereka gemar mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan, dengan upah yang sangat rendah.

Allah SWT. mengutus nabi Dzulkifli as. ke Romawi dengan tugas utamanya adalah untuk mendakwahkan Firman Allah Azza wa Jalla, karena bangsa ini perilakunya sudah di luar batas kewajaran dan jika mereka masih mengingkari agama nenek moyangnya maka Allah SWT. mempersilahkan Dzulkifli as. dan pengikutnya untuk berjihad melawan bangsa tersebut. Ternyata pilihannya adalah jihad, beliau dan pengikutnya menghancurkan kepongahan bangsa tersebut, lalu menaklukkannya dan menguasainya, akhirnya mereka menetap disitu.

Yang menarik dari penguasa baru bangsa Romawi ini adalah jumlah populasi mereka bertambah begitu cepat, sehingga daerah tersebut penuh sesak oleh pengikut nabi Dzulkifli as. hal ini dengan sendirinya menimbulkan persoalan baru yaitu tiada lagi kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Mereka merenung dan berpikir mencari tahu apa penyebab semua ini, ingatlah mereka akan permohonan doa dulu via nabinya, mohon dipanjangkan usia, akibatnya terjadi booming populasi karena mereka mengingkari kematian. Bersepakat mereka untuk melakukan musyawarah, hasilnya, disepakati mereka harus menemui nabi Dzulkifli as., seorang diantara mereka ditunjuk sebagai pemimpin, kemudian dia berkata pada Dzulkifli as.: wahai nabi Allah, tolonglah kami, berdoalah kepada Allah Azza wa Jalla agar kematian kami dikembalikan sesuai takdir yang telah diputuskan-Nya. Beliaupun memohon petunjuk kepada Sang Rabb, perihal permohonan umatnya. Allah SWT. kemudian mengingatkan melalui malaikat kepada nabinya, apakah kaummu lebih mengetahui bahwa pilihan-Ku jauh lebih sempurna dari pilihan mereka? Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, meskipun hambanya melakukan pembangkangan pada-Nya. Takdir kematian mereka dikembalikan seperti sediakala, maka ruh-ruh mereka kembali ke asalnya.

Dzulkifli as. wafat di negeri Syam di usia 95 tahun, meskipun demikian kelahiran Hadramaut ini dengan keshalehan dan kesabarannya serta atas izin Allah Azza wa Jalla mampu menaklukkan Romawi dan mengubah bangsa yang tadinya mungkar kepada Sang Khalik menjadi bangsa yang shaleh di zaman itu.

Tidak ada komentar: