Rabu, 07 Juli 2010

Kapan Manusia Pertama Kali Berpelukan?

Di Era kenabian Ibrahim as., hidup seorang laki-laki, Mariya bin Aus namanya, waktu itu usianya menjelang enam ratus enam puluh tahun, tinggal di sebuah hutan, terpisah dengan penduduk lain oleh sebuah sungai yang sangat besar. Sekali dalam tiga tahun dia menyeberangi sungai untuk bersilaturrahim dengan penduduk kampung lainnya. Disana, terbentang padang pasir yang luas, terdapat sebuah Mihrab, tempat beliau dan orang-orang shalat dan beribadah kepada-Nya.

Suatu waktu beliau usai melaksanakan silaturrahim, shalat, dan beribadah keluar dari Mihrab, hendak kembali ketempat tinggalnya di dalam hutan, berpapasan dengan sekawanan domba, badannya terlihat gemuk-gemuk, ada rasa kagum melihat kawanan domba tersebut. Di kejauhan beliau melihat seorang pemuda, ketika telah dekat dengannya, terlihat jelas wajah pemuda penggembala tersebut, mukanya sangat tampan sekali bak bulan purnama di langit biru. Tak kuasa bibirnya bertanya pada sang pemuda; siapakah gerangan pemilik domba-domba ini?

Pemuda tersebut dengan hormat menjawab pertanyaan Mariya, pemiliknya bernama Ibrahim Khalil Ar-Rahman, kek, katanya pula.

Lalu kamu siapa, lanjut sang kakek?

Pemuda tersebut sambil tersenyum dan sangat sopan menjawab, aku anak beliau, kek, namaku Ishak, jawab pemuda itu singkat dan padat.

Sang kakek sejenak berdiam diri, dia membatin seraya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, Ya Allah Yang Maha Agung, perlihatkanlah dan pertemukanlah kepadaku hambaMu dan KhalilMu sebelum Engkau cabut rohku. Sang kakek yang sebetulnya sudah sering mendengar cerita-cerita tentang Ibrahim as., seorang Khalil ar Rahman atau sahabat Allah Azza wa Jalla, penasaran sekali ingin bertemu, tapi sampai umurnya sepanjang ini belum pernah dia berjumpa dengan Khalil ar-Rahman tersebut, karena itulah secara otomatis hatinya memohon kepada Sang Khalik untuk dipertemukan dengannya.

Singkat cerita, Mariya dan Ishak setelah saling berucap salam perpisahan kemudian mereka meneruskan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Ishak sesampai di rumah menceritakan pertemuannya dengan kakek tersebut pada bapaknya Ibrahim as.

Waktu berlalu, Ibrahim as. berkesempatan suatu waktu lewat di padang pasir dan mampir sekaligus shalat di Mihrab. Beliau bertemu dengan seorang lelaki tua di Mihrab tersebut yang sama seperti dia juga sedang beribadah bersujud kepada Ilahi Rabbi, di waktu rehat setelah beliau menunaikan shalat dan beribadah, mereka berbincang-bincang, nabi Ibrahim as. menanyakan nama dan umur orang tua tersebut?
Kakek tua tersebut kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan Ibrahim as., namaku Mariya, umurku sekitar enam ratusan tahun, tepatnya enam ratus enam puluh tahun.

Nabi Ibrahim as. kaget bercampur kagum, Mahasuci Allah, aku dipertemukan dengan ciptaan-Nya yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan dengan pertanyaan lainnya, wahai kakek Mariya, engkau tinggal dimana? Kakek tersebut kemudian menjawab, aku tinggal diseberang sungai, di dalam hutan, disana katanya sambil mengarahkan jari telunjuk beliau ke hutan di seberang sungai yang cukup besar.

Bolehkah aku berkunjung ketempatmu, sekalian ingin mengenal cara hidupmu, wahai bapak Mariya?

Boleh saja, disana aku hidup sendirian, mencukupi kebutuhan hidupku dengan mengeringkan buah-buahan, kemudian dengan hasil olahan itu aku mencukupi kebutuhan hiduku sehari-hari, jawabnya tangkas.

Ibrahim as. masih penasaran dengan kakek Mariya, kemudian ia bertanya lagi, cara bagaimana bapak pulang dari sini, saya tidak melihat apapun di sungai tersebut untuk membawa engkau kembali ke hutan sana?

Oh, itu yang ingin engkau tanyakan…biasalah, dengan tulang-tulang tuaku ini tentu aku tidak bisa mengayuh lagi rakit atau mendayung perahu untuk menyeberangi sungai besar lagi berarus deras tersebut, tetapi Sungguh Mahasuci Allah, aku diberi kemudahan oleh-Nya, aku yang tua ini diperbolehkan oleh-Nya berjalan di atas aliran sungai tersebut.

Mendengar jawaban sang kakek tersebut, Ibrahim as. berucap: Semoga Zat yang telah menundukkan bagimu air itu juga akan menundukkan air itu bagiku untuk menyeberanginya.

Setelah cukup menunaikan ibadah, keduanya beranjak ke tepian sungai karena mereka bersepakat untuk melanjutkan silaturrahim di rumah kakek Mariya, di hutan seberang sungai besar tersebut. Ditepian sungai, kakek tersebut melangkahkan kakinya diatas air sambil berucap: Bismillah, Ibrahim as. pun mengikutinya dari belakang, melangkahkan kakinya di atas air, serupa yang dilakoni sang kakek, kemudian dilanjutkan dengan membaca Basmalah. Sang kakek menoleh kebelakang, kini giliran sang kakek heran dan terkagum-kagum, ternyata tamunya juga bukanlah orang sembarangan.

Keduanya masuk ke rumah, setelah berbasa-basi. Nabi Ibrahim as. menginap di rumah orang tua tersebut selama tiga hari. Senang dia tinggal bersama orang tua tersebut, tapi ada ganjalan dalam hatinya, lalu dia bertanya pada sang kakek, wahai Mariya, boleh aku tanya sesuatu padamu? Boleh…boleh…boleh jawabnya ringan. Apakah engkau telah berdoa kepada Allah sehingga kita dipertemukan disini?

Kakek tersebut berdiam diri sejenak, mencoba menerawang, mengingat-ingat apa ada keinginannya, harapannya, doanya di waktu lalu. Ingat dia kembali dengan sesuatu sambil tersenyum keluarlah jawaban dari bibir tuanya, dulu, dulu sekali, tapi sudah lama sekali, sekitar tiga tahun yang lalu, aku pernah membatin sekaligus memohon kepada Allah SWT.

Oh… jawab Ibrahim as.

Kemudian kakek tersebut melanjutkan pernyataannya yang terpotong oleh gumaman Ibrahim as. Aku, tiga tahun lalu berdoa, sewaktu diriku bercakap-cakap dengan seorang pemuda tampan yang mengaku bernama Ishak. Kemudian, kakek tersebut menceritakan kepada Ibrahim as., pertemuannya dengan pemuda tersebut tiga tahun yang lalu sekaligus membeberkan permohonannya kepada Allah Azza wa Jalla pada saat itu.

Nabi Ibrahim as. tersenyum, wahai Mariya ujarnya, hari ini doamu telah dikabulkan oleh-Nya, aku adalah Ibrahim, ayah dari pemuda tampan yang bernama Ishak. Kaget, haru, bahagia, sukacita bercampur dalam hati atas anugrah kebesaran Ilahi yang diberikan padanya, sang kakek, tiba-tiba saja beliau melompat, menubruk dan memeluk nabi Ibrahim as., di kisahkan kejadian itu merupakan awalnya terjadi pelukan diantara umat manusia.



Tidak ada komentar: