Dalam sebuah sekuel perjalanan Sang Raja Timur Barat, raja pertama setelah era Nabi Nuh as., dikala itu sang Raja, namanya adalah Iyyasha, bergerak bersama dengan balatentaranya, dalam sebuah perjalanan kesekian kalinya setelah menaklukkan negeri-negeri yang kafir kepada Allah SWT. Mereka berjumpa dengan segolongan umat dari kaum Musa as. yang taat kepada Allah SWT., karena sudah melewati perjalanan yang jauh dan rasa lelah sudah menghinggapi Raja dan pasukannya, lalu mereka beristirahat di kampung tersebut.
Sang Raja, mengamati dan melihat, ternyata dijumpainya keganjilan dan keanehan di lingkungan pemukiman kaum tersebut diantaranya:
1. orang yang meninggal di kubur di depan pintu masuk gubuk mereka
2. gubuk-gubuk mereka tidak punya daun pintu alias hanya ada kusen pintu
3. mereka tidak memiliki pemimpin
4. tidak ada hakim di jumpai disana
5. tidak ada raja dijumpai dalam kafilah tersebut, dan lain sebagainya.
Lalu beliau bertanya kepada kaum tersebut kenapa hal tersebut bisa terjadi; untuk itu mari kita simak dialog beliau dengan kaum umat Nabi Musa as. tersebut dibawah ini:
Raja: Wahai saudaraku, boleh aku diberitahu kenapa kuburan ada di depan pintu rumah kalian?
Kaum umat nabi Musa as.: Oh itu, agar kami tidak melupakan kematian dan agar dia tidak hilang dari hati kami.
Kaum umat nabi Musa as.: tidak ada satupun diantara kami punya tabiat mencuri, hidup kami Lillahi Ta’ala.
Kaum umat nabi Musa as.: selain yang telah kami sebut diatas, kami semuanya tidak pernah berbuat lalim.
Kaum umat nabi Musa as.: benar yang mulia, kami sejauh ini tidak pernah bertengkar, untuk apa hakim bagi kami.
Kaum umat nabi Musa as.: tepat sekali yang mulia, diantara kami tidak memiliki persaingan
Raja: kalau begitu diantara kalian tidak pernah berkeinginan mengungguli yang lainnya?
Kaum umat nabi Musa as.: ya, kami suka tolong menolong dan saling mengasihi sesama.
Raja: kenapa diantara kalian tidak pernah muncul perselisihan dan pertentangan?
Kaum umat nabi Musa as.: kami semua bersahabat dan kami berupaya menjaga hubungan kami secara terbuka sehingga tiada kecurigaan apapun diantara kami.
Kaum umat nabi Musa as.: So pasti itu, kami berupaya menguasai tabiat, hati, jiwa sehingga hal tersebut tidak pernah kami lakukan.
Raja: kenapa kalian pilih hidup cara begini? Berjalan searah di jalan yang lurus?
Kaum umat nabi Musa as.: mh…mmh, kami seirama tidak berdusta, satu bahasa tidak saling menipu, dan sama-sama tidak suka mempergunjingkan yang lainnya. Jadi kami seperjalanan dalam mengarungi hidup.
Kaum umat nabi Musa as.: oh…oh…anda detail sekali mengamati kami, kuncinya atas azas keadilan…adil sesama…cukup untuk semua.
Kaum umat nabi Musa as.: kami adalah sekumpulan orang-orang yang rendah hati dan tawadhu’.
Kaum umat nabi Musa as.: kami menjalankan hidup secara benar, tidak ngoyo tapi tawakal kepada Allah Yang Maha Kuasa, makan makanan yang sehat dan halal.
Kaum umat nabi Musa as.: kami mengatur kebutuhan hidup kami sesuai dengan kebutuhan dan yang paling penting adalah kami tidak pernah alpa beristighfar kepada Rabb kami.
Raja: roman muka kalian seakan-akan tidak pernah memperlihatkan kesedihan alias hati kalian gembira selalu, apa gerangan yang memungkinkan itu bisa terjadi?
Kaum umat nabi Musa as.: itu…kami siapkan diri kami jika sewaktu-waktu datang musibah dengan ikhlas, sehingga kami senantiasa menghibur diri kami.
Raja: apakah kalian tidak pernah mendapat bencana?
Kaum umat nabi Musa as.: kami perhatikan nenek moyang kami terbiasa mengasihani orang-orang miskin diantara mereka, membantu orang fakir disekelilingnya, memaafkan orang yang menzalimi mereka, melakukan kebaikan bagi yang mencelakakan mereka, memohonkan ampun kepada Allah bagi mereka yang berbuat kesalahan, tiada henti bersilaturrahim dengan sesama, selalu berkata benar, tiada dusta diantara mereka, sehingga Allah memperbaiki bagi mereka segala urusan.
Akhir petualangan raja Zulkarnain menaklukkan negeri-negeri dari Timur ke Barat ternyata berakhir di negeri kaum umat Musa as., beliau menghabiskan usia pengembaraan berperang terhadap negeri-negeri yang tidak beriman dan menjalankan perintah Allah, dinegeri ini dia mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati sampai dia kembali kepangkuan RabbNya dalam usia 500 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar