‘Ainul Hayah adalah suatu mata air kehidupan. Sang Maha Khalik telah menciptakannya sebagai suatu sumber mata air di bumi dan bilamana suatu makhluk yang memiliki nyawa atau ruh meminum air dari “ ‘ainul hayah “ tersebut, maka baginya oleh Allah Azza Wa Jalla diberikan umur yang panjang dimana dia akan hidup sampai datangnya bunyi terompet Sangkakala sebagai pertanda datangnya hari Kiamat kecuali jika dia sendiri yang meminta kematian baginya.
Informasi ‘ainul hayah bermula karena pertemanan Dzulkarnaen dengan malaikat yang bernama Rafail. Pertemanan mereka bermula setelah Nabi Dzulkarnaen as. sepenuhnya menguasai negeri Timur dan Barat, sang malaikat diutus oleh Allah Yang Maha Kuasa untuk berbicara lansung dengan sang Nabi. Keakraban muncul dalam hubungan mereka karena seringnya terjadi kontak antar keduanya , suatu waktu dalam pertemuan mereka; sang Raja yang juga Nabi tersebut menanyakan perihal cara beribadah para malaikat dilangit sana?
Atas pertanyaan sang Nabi tersebut lalu malaikat Rafail menceritakan model peribadatan yang dilakoni oleh para malaikat di langit, cara peribadatan mereka bisa digolongkan dalam tiga (3) model katanya pula, yaitu;
1. golongan yang beribadah dengan cara berdiri sepanjang hidupnya;
2. kelompok malaikat yang beribadah dengan cara ruku’ sepanjang hayatnya;
3. sebagian malaikat yang beribadah hanya melakukan sujud tanpa pernah mengangkat kepalanya sampai akhir zaman kelak.
Usai mendengar uraian malaikat tersebut, seketika hati dan jiwa beliau bergetar hebat, airmata beliaupun tanpa sadar telah meleleh dipipinya. Sedetik itu juga muncul impian beliau dan kemudian ia berkata; sungguh aku ingin selamanya dapat hidup yang pada akhirnya bisa meraih limit beribadah kepada Rabb-ku yang pantas bagi-Nya.
Karena kedekatan keduanya sudah begitu erat terjalin dan melihat kesungguhan sahabatnya tersebut untuk beribadah kepada Allah yang muncul dari lubuk hatinya yang paling dalam, akhirnya sang malaikat tanpa sadar membocorkan suatu rahasia yang terdapat di bumi dimana belum ada makhluk lain yang mengetahuinya. Allah Azza Wa Jalla, menurut sang malaikat, telah menciptakan sebuah mata air, dia diberi nama ‘ainul hayah atau mata air kehidupan. Jadi, jika engkau sobatku, ucap malaikat Rafail, punya kesempatan meminumnya, menurut Firman Allah SWT; siapa-siapa makhluk yang meminumnya, ia senantiasa tidak akan pernah mati kecuali dirinya sendiri yang menginginkan kematian untuknya.
Penasaran! betul sekali, sang Raja penasaran, beliau bertanya kepada sobatnya Rafail, tahukah engkau dimana keberadaannya? Sobatnya Rafail menjawab; persisnya posisi dan letak dari mata air tersebut aku sama sekali tidak tahu meskipun kami para malaikat sering memperbincangkannya di langit. Tetapi ada beberapa petunjuk ke arah sana yaitu mata air tersebut letaknya ditempat yang gelap gulita, jin dan manusia belum pernah menjamahnya. Itu saja informasi yang aku miliki untukmu, selebihnya kamu cari tahu sendiri.
Raja Dzulkarnaen punya sahabat karib, namanya nabi Khaidir as., karena keinginannya yang kuat untuk memenuhi impiannya mencari tahu sumber mata air kehidupan, beliau memanggil sahabatnya tersebut dan sekitar tiga ratus lima puluh sembilan (359) sahabat-sahabat lainnya. Beliau memiliki informasi bahwa ada tiga ratus enam puluh (360) sumber mata air yang letak dan posisinya punya korelasi sangat erat dengan apa yang diinformasikan sahabatnya malaikat Rafail yaitu mata air yang letaknya ditempat gelap gulita, belum pernah di jamah jin dan manusia. Salah satu dari 360 sumber mata air tersebut menurut indera keenamnya adalah ‘ainul hayah.
Sang Raja memanggil semua sahabatnya, setiap mereka diberitahu nama sebuah mata air dengan lokasi keberadaannya dan di bekali seekor ikan, lalu setiap sahabatnya disuruh mencuci ikan masing-masing di mata air mereka. Singkat cerita, Khaidir dan para sahabat berlalu menuju sumber mata air bersama dengan membawa seekor ikan. Masing-masing dari mereka menemukan sumber mata air yang sesuai dengan peta yang mereka miliki, selanjutnya mereka mencuci ikannya masing-masing. Khaidir sahabat dekat sang Raja ternyata mengalami musibah, si ikan yang sedang dibersihkan di mata airnya terlepas dari genggamannya, ikan tersebut kabur, menjauh darinya. Bagaimana ini katanya? Kalau Raja nanti bertanya kepadaku, aku harus menjawab apa?
Dia mengambil keputusan untuk menangkap kembali ikan yang terlanjur lepas dari tangannya, buru-buru ia menanggalkan pakaiannya, selanjutnya dia ceburkan badannya ke dalam sumber mata air tersebut dengan tujuan menangkap kembali ikan yang terlepas dari tangannya. Tapi apa lacur, jangankan bisa menangkap ikan tersebut malahan secara tak sengaja beliau meminum air dari sumber mata air tersebut. Setelah sekian lama berlalu dia mencari-cari ikan yang kabur di sumber mata air, akhirnya ikan tersebut malah menghilang dari pandangannya. Beliau pulang menghadap sang Raja dengan tangan hampa sementara 359 sahabatnya yang lain pulang dengan ikan masing-masing di tangannya.
Sang nabi atau raja Dzulkarnaen menerima laporan perjalanan masing-masing sahabat mencari sumber mata air dan pekerjaan mencuci ikan yang mereka bawa. Pada gilirannya nabi Khaidir as., beliau melaporkan kejadian yang menimpanya secara jujur kepada sang raja. Beliau berkata pada raja: maafkan aku sobat, aku telah menemukan mata air yang engkau amanahkan padaku, aku juga akan mencuci ikan tersebut untukmu tapi karena kelalaianku ikan tersebut terlepas dari genggamanku dan melompat kedalam sumber mata air itu. Kuberusaha menangkapnya kembali sampai-sampai aku menceburkan diri kedalam mata air tersebut tapi ternyata semua usahaku gagal dalam menangkap dan membawanya kembali pulang.
Raja Dzulkarnaen, pergi mencek letak dan posisi mata air sahabatnya Nabi Khaidir as., sesampai dilokasi yang telah diinformasikan kepadanya, beliau tidak menemukan sesuatu apapun disana. Beliau bergegas kembali pulang dan kemudian memanggil sahabatnya nabi Khaidir as. selanjutnya beliau mengucapkan selamat; ya sahabatku, Khaidir, ternyata engkau telah berhasil mewujudkan impianku meminum mata air kehidupan (‘ainul hayah), dimana barang siapa yang minum dari mata air tersebut menurut Firman Rabb kita, Allah Azza Wa Jalla, ia akan hidup sampai Sangkakala di tiup oleh malaikat Israfil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar