(QS: Al-Baqarah; 30-39)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي
أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Ingat ketika Tuhan Yang Maha Kuasa berkata kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Malaikat menjawab: "Mengapa Engkau hendak menjadikan manusia (khalifah) di bumi sementara manusia akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji nama Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan Yang Maha Kuasa berucap: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (30)
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama benda seluruhnya, kemudian berkata kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda itu jika kamu memang makhluk yang benar" (31)
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (32)
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Allah berkata: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka kemudian Adam menyebutkan semua nama benda itu, selanjutnya Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan" (33)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan perhatikan sewaktu Kami berfirman kepada para malaikat dan iblis: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan makhluk yang kafir. (34)
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan yang baik di mana saja yang kamu sukai, dan “janganlah kamu dekati pohon ini”, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim. (35)
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِي
نٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (36)
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (36)
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima petunjuk dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (37)
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kami berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga, kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (38)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (39)
Nabi Adam as., dari penuturan Abdul Rahman Ibn Amru Al Awzaiy hidup disyurga selama 100 tahun dan yang lainnya mengisahkan beliau tinggal di syurga lebih kurang 60 tahun.
SYURGA
Ketika bumi telah terbentuk sempurna, makhluk hidup disebar di darat dan di air, seperti tumbuhan dan hewan, kemudian Allah Yang Maha Kuasa menciptakan Malaikat dari cahaya (an nuur), Setan dari api (an naar; QS: Al-A’raf: 12), dan Jin dari nyala api (maarij, QS: Ar-Rahman: 15) atau dari api yang menyala (as samuum, QS: Al-Hijr: 27). Berikutnya Beliau berkeinginan menempatkan makhluk lain di bumi sebagai khalifah, karena maksudnya itu Allah Yang Maha Kuasa menitahkan para malaikat untuk berkumpul dan menceritakan impianNya tersebut. Lalu Allah Azza Wa Jalla membuka dialog dengan Malaikat:
Allah: Aku ingin menempatkan seorang khalifah di Bumi.
Malaikat: Mengapa Engkau ingin menjadikan seseorang sebagai khalifah di bumi padahal mereka akan membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah. Sementara kami selalu bertasbih memuji namaMu dan mensucikan Engkau?
Allah: Sesungguhnya Aku mngetahui semuanya apa-apa yang tidak kalian ketahui.
Ibn Qatadah, menceritakan kembali apa yang diberitakan Rasulullah saw., bahwa malaikat telah menginformasikan kepada beliau tentang penciptaan Adam dan Jin, dimana dikabarkan bahwa Jin diciptakan sebelum Adam. Abdullah Ibn Umar menceritakan bahwa Jin diciptakan oleh Allah SWT dari bunga api kira-kira 2000 tahun sebelum Adam, Jin punya tabiat tidak terpuji karena mereka gampang sekali marah dan selanjutnya mereka saling bunuh-membunuh, sehingga Allah SWT. mengganjar mereka dan menjadikannya sebagai tentara dari Malaikat yang tugasnya menjaga laut dalam.
Allah Yang Maha Esa mewujudkan keinginanNya, menciptakan Adam dari tanah liat kering yang asal muasalnya dari lumpur hitam (QS: Al-Hijr: 26) dikesempatan lain Allah SWT. mengatakan, Aku membangun jasad Adam dari tanah kering (shalshaal, QS: Ar-Rahman: 14), Setan ketika enggan mengikuti perintah Tuhan berkata; aku dari api manusia berasal dari tanah (at tiin, QS: Al-A’raf: 12). Abu Hurairah berkata seperti yang diceritakan Nabi saw. kepadanya: Allah membangun jasad Adam dari debu setelah Dia membuat campuran dari beberapa tanah liat atau lempung yang diambilkan dari beberapa tempat di Bumi oleh Malaikat Jibril, bangunan tubuh Adam yang masih lembek tersebut ditinggal beberapa waktu oleh Allah seperti kondisi bentuk jasad kita sekarang sampai menjadi keras. Riwayat dari Ibn Abbas: selanjutnya Allah Yang Maha Welas Asih meniupkan ruh ke jasadnya, sesudah tergelincirnya matahari pada hari Jumat, direspon oleh matanya dan hidungnya, lalu Adam bersin. Allah berkata: Adam! ucapkan; Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin (Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam). Setelah Adam mengulangi kalimat tersebut, Allah menjawab dengan kalimat; Yaharmuka Rabbuka (Semoga Tuhanmu merahmatimu).
Adam dinamakan manusia belum memiliki apa-apa, Allah Yang Maha Kuasa melengkapi ciptaanNya tersebut dengan Pengetahuan (AKAL) yaitu dengan mengenalkan nama benda-benda bumi dan planet. Ilmu tersebut belum diajarkan kepada makhluk lainnya yaitu Malaikat, Iblis, dan Jin. Sehingga sewaktu makhluk lainnya dikonfrontasikan dengan Nabi Adam as. tentang nama-nama benda (burung, bintang, pohon-pohon dll.) yang diajarkan sebagai bekal Adam kelak menjadi khalifah, mereka angkat tangan tanda tiada satupun dari kelompok makhluk tersebut mengetahuinya. Akhirnya atas keunggulan makhluk ciptaan terkini Tuhan (masa itu), Beliau mempersilahkan semuanya bersujud tanpa kecuali kepada Adam. Hanya Iblis yang enggan melaksanakan perintah Tuhannya sehingga ia di cap sebagai golongan Kafir.
Adam as. tertidur, kemudian diciptakan pendamping, Siti Hawa, selanjutnya Allah Azza Wa Jalla meniupkan ruh ke raganya, beliau bergerak, gerakan beliau membangunkan Adam dari kenyenyakan tidurnya (Riwayat dari Abu Abdillah ra.). Kemudian diperintahkan kepada Hawa agar menjauh dari Adam, beliau kaget ada yang mirip dengan dirinya tetapi berbeda, siapakah gerangan? Di pandangnya, terpancar keelokan dari tubuhnya, Adam berkata; siapakah kamu? Hawa menjawab: aku adalah hamba yang diciptakan Allah sebagaimana yang engkau lihat.
Allah berfirman kepada Adam: apakah engkau ingin dia bersamamu, menemanimu, bersenda gurau dan mematuhi perintahmu?
Adam dengan tersipu menjawab: Ya, wahai Tuhanku, dan bagiMu segala puji serta syukur selama hidupku.
Bilamana engkau menyukainya, lamarlah dia padaKu, kata Allah, karena sesungguhnya dia adalah hamba perempuanKu, dan dia boleh untukmu, kemudian Allah memasukkan syahwat kedalam diri Adam dan menambahkan ma’rifat baginya.
Wahai Tuhanku, aku melamar Hawa kepadaMu, maka dengan apakah RidhaMu aku peroleh? pinta Adam kepada Allah SWT.
RidhaKu jawab Allah, apabila kamu mengajarkan kepada Hawa tentang ajaran-ajaran agamaKu.
Aku penuhi syaratMu itu ya Rab, jika hal tersebut yang Engkau kehendaki, jawab Adam.
Itu yang Kukehendaki, Aku nikahkan kamu dengannya, maka peluklah dia, firman Allah pada Adam.
Wahai Hawa, kesinilah wahai kekasihku, mendekatlah kepadaku, ucap Adam, Hawa menjawab, engkaulah yang mendekat Adam, hampirilah daku.
Allah Yang Maha Kuasa, menitahkan Adam agar menghampiri Hawa, agar supaya kelak kaum perempuan tidak mendatangi kaum lelaki, melamar lelaki untuk diri mereka.
Mereka berdua diberikan kesempatan seluas-luasnya mendiami syurga, boleh memakan apa saja makanan yang baik dimana saja mereka maui. Sebelumnya Adam dianugerahi Pengetahuan dan ketika Siti Hawa sudah jadi bagian hidupnya, Allah Yang Maha Kuasa membekali keduanya dengan Agama. Bahwa keduanya boleh menikmati KONTEN Syurga, kecuali satu mereka tidak boleh atau dilarang mendekati pohon larangan, mereka menyepakati ketentuan tersebut sebagai ketaatan seorang Hamba terhadap Penciptanya. Karena jika larangan itu dilanggar keduanya, maka mereka digolongkan kepada manusia yang lalim dan Allah sangat murka kepada makhluk yang ingkar terhadapNya.
Tahun silih berganti, Adam dan Siti Hawa (menurut cerita; Abdul Rahman Ibn Amru Al Awzaiy) menikmati nikmatnya kehidupan Syurga selama 100 tahun dan Ibn Asaker mengatakan selama 60 tahun. Adapun Iblis memang begundal, mereka iri dan dengki melihat Adam dan Siti Hawa berduaan, bermesraan, boleh menikmati apa saja yang terdapat di dalam Syurga, padahal sebelum diciptakan keduanya, merekalah yang menikmatinya. Dia (iblis) bersumpah akan mengeluarkan Adam as. dari dalam syurga, kemudian mulailah Iblis mendisain strategi supaya Adam bisa lupa dengan janji yang diikrarkan kepada Allah SWT.
Suatu ketika iblis mendatangi Adam as. yang sedang berduaan dengan Siti Hawa (dalam rangka mewujudkan keinginannya mengusir Adam as. dari kehidupan syurga). Iblis berpura-pura sedih, wahai Adam katanya, aku merasa senang berteman dan berdekatan denganmu, tapi aku dengar kamu akan dikeluarkan dari syurga ini ke tempat yang kamu belum mengenalnya. Kemudian Adam menjawab memang kamu punya solusi apa terhadap persoalanku. Iblis kemudian terdiam sejenak, sesungguhnya aku punya jawaban terhadap persoalan yang akan kalian hadapi agar bisa kekal hidup didalam syurga. Apa itu jawab Adam as., ikut aku jawab iblis, akan kutunjukkan kepada kalian berdua pohon KHULDI dan kerajaan yang abadi. Maka beranjaklah mereka berdua mengekor Iblis untuk melihat pohon tersebut, sesampai mereka disana, iblis berkata itu pohonnya ya Adam, makanlah oleh kalian buahnya, maka kalian berdua tetap disyurga bersamaku, kekal selamanya. Rasa lapar karena waktu makan sudah terlewati akibat perjalanan yang jauh, Adampun lupa bahwasanya itu adalah pohon larangan dimana mereka berdua tidak boleh mendekatinya. Tapi rasa lapar yang sangat ditambah Siti Hawa yang sudah mengalami kelelahan akhirnya membuat Adam as. lupa akan ikrar janji mereka pada Allah. Selanjutnya melalui kedua tangannya beliau meraih buah pohon larangan tersebut. Iblis pura-pura memalingkan mukanya sambil tersenyum, di saat bersamaan Adam dan Hawa menikmati buah pohon larangan (Rasulullah saw. berkisah; saat Adam as. dan Siti Hawa ra. memakan buah pohon larangan ketika itu adalah waktunya shalat Ashar) berguguranlah pakaian yang mereka kenakan, poloslah mereka berdua, terlambat sudah, nasi sudah jadi bubur, Allah Azza Wa Jalla pun murka.
Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.
Adam dan Siti Hawa malu terhadap kondisi yang terjadi pada mereka, seraya merundukkan wajahnya mereka mohon ampun; Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, kami mengakui dosa-dosa kami, ampunilah kami.
Allah Maha Pengampun dan Penyayang, ditambahkan lagi bekal bagi Adam dengan Ilmu Pengetahuan dan Agama, Allah SWT. mengampuni atas taubat keduanya (Nabi Muhammad saw berkata; saat Adam as. diterima taubatnya, waktu itu merupakan jadwal shalat Maghrib), tetapi ganjaran atas perbuatan memakan buah khuldi harus di jalaninya dengan hidup terasing di BUMI.
Allah SWT. melepas beliau turun ke bumi dengan mengatakan; Turunlah kamu berdua dari surga, kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Saat Allah melepaskan kepergian Adam ke bumi, Allah Azza Wa Jalla menurunkan bersamanya seratus dua puluh pohon, empat puluh pohon buahnya dapat dimakan bagian luar maupun bagian dalamnya, empat puluh pohon lagi hanya bisa dimakan bagian dalamnya dan empat puluh pohon lagi bisa dinikmati hanya bagia luarnya. Ditambahkan satu karung biji-bijian dari bermacam pepohonan. (menurut riwayat Abu Abdillah as.)
BUMI
Ibn Asaker berkisah bahwa Nabi Adam as. selama 60 tahun menangis dan menyesali dirinya atas kepergiannya dari Syurga dan selama 70 tahun mencucurkan air mata atas kesalahannya usai memakan buah dari pohon larangan.
Allah Yang Maha Kuasa sebenarnya telah tahu bahwa Adam dan Siti Hawa akan memakan buah dari pohon tersebut karena ketika akan menciptakan Adam, Allah Yang Maha Kuasa telah berkata kepada Malaikat, Setan dan Jin bahwasanya akan diciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Dan Allah juga sudah tahu kalau Iblis akan menggoda Nabi Adam habis-habisan karena iri dengan Adam. Bermukimnya Adam dan Siti Hawa sementara di Syurga adalah untuk menimba pengalaman bagi kehidupan mereka kelak di BUMI. Bahwasanya Iblis akan selalu menggelincirkan hati mereka dan anak keturunannya agar mereka kelak terlempar dari Syurga. Dan hanya bagi yang taat kepada Allah Yang Maha Kuasa saja serta memusuhi Iblis yang akan meraih Syurga.
Adam menyimpulkan ada 3 hal penting yang dia jadikan pelajaran atas ketidaktaatannya terhadap Allah Yang Maha Kuasa, pertama dia sekarang sudah mengerti cara bagaimana Iblis memusuhinya sehingga dia terlempar dari syurga dan menjadikan dirinya menderita. Kedua setiap pelanggaran atas kesepakatan yang dilaksanakan dengan Allah akan mendapat ganjaran dan untuk mendiami syurga harus patuh kepada Allah SWT. Pelajaran ketiga yang bisa dipetik dari kasusnya adalah memohon ampun atas perbuatannya melanggar hukum Allah SWT.
Allah SWT. menerima tobatnya Adam dan Siti Hawa dan sebagai ganjaran atas ketidaktaatannya, mereka dikirim ke Bumi pada hari JUMAT (menurut Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW) di tempat yang berbeda. Ibn Abi Hatim menuturkan apa yang dia peroleh dari Ibn Abbas, bahwa; "Adam diturunkan di daerah 'Dihna' yaitu suatu tempat antara Mekah dan Taif. Sementara Al Hassan mengisahkan kalau Nabi Adam diturunkan di daratan India sementara Siti Hawa mendarat di Jeddah sekarang bagian dari Arab Saudi. Ibn Umar menyatakan Nabi Adam diturunkan di Puncak bukit As-Safa, sementara itu Siti Hawa menemukan dirinya ada di puncak bukit Al Marwa , kedua bukit tersebut sekarang menjadi bagian Masjidil Haram dan diantara keduanya ditemukan sumber air Zam Zam, bagi yang mengerjakan Umrah dan Haji mereka wajib berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit Safa dan Marwa sebanyak 7 kali yang dikenal sebagai Sa’i salah satu rukun didalam melaksanakan ibadah Umrah dan Haji.
Kehidupan di Bumi jauh berbeda, di syurga semuanya serba mudah, buah-buahan melimpah tinggal di petik dari pohon yang diinginkan. Nabi Adam ditempat barunya di BUMI harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu, harus bekerja keras mempertahankan hidupnya sendiri, harus melindungi tubuhnya dengan pakaian yang dibuatnya dari kulit binatang, harus punya senjata untuk bertahan hidup, harus melindungi anak dan istri dari kebuasan binatang liar, harus mencari makan dari berburu dan bercocok tanam, terakhir harus beribadah kepada Allah SWT. agar dilindungi dari kejahatan Iblis dan Setan yang telah mempecundanginya dari kehidupan sejahtera di Syurga. Adam harus memahami keseluruhannya dan dengan bekal pengetahuan yang diberikan Allah Yang Maha Kuasa dia memulai penderitaan hidupnya di Bumi. Dia harus mampu hidup, terlatih, membangun tempat bermukim, menjadi kepala keluarga, membesarkan anak-anak yang akan mengubah dan melakukan perbaikan di bumi. Tetapi sesungguhnya Allah swt. saat melepaskan kepergian Adam dari syurga membekalinya dengan ilmu dan bekal tanaman syurga, Beliau berfirman; Wahai Adam jika kamu sudah di bumi kamu harus bercocok tanam, Aku bekali engkau dengan tanaman-tanaman syurga ini yaitu pohon kurma, pohon anggur, pohon zaitun dan pohon delima.
Terlempar dari syurga, Adam as. berduka berkepanjangan, hampir 70 tahun beliau menyesali perbuatannya sehingga hampir tidak pernah beliau mendatangi Siti Hawa, beliau sangat mengagungkan Al-Haram (Ka’bah). Melewati masa berkabungnya beliau beribadah di Al-Haram. Mengobati kesedihan panjang beliau mengajak Hawa keluar mencari tempat yang nyaman. Siti Hawa kemudian mengandung dan melahirkan bayi kembar yang pria diberi nama Habil dan yang perempuan dipanggil Iqlima. Pada kehamilan kedua Siti Hawa melahirkan putra bernama Qabil dan yang putri dinamakan Ludza dan dia merupakan bidadari cantik mereka.
Si adik Qabil memiliki sifat yang arogan, mau menang sendiri, dan tidak taat terhadap Sang Khalik, dia seorang petani yang sukses. Si sulung Habil adalah seorang anak yang cerdas, patuh kepada orangtua, taat menjalankan perintah Allah Yang Maha Kuasa serta ikhlas dalam berbuat dan punya sifat welas kasih, bertangan dingin dalam berternak.
Saat anak-anak Adam as. memasuki usia akhil baligh atau dewasa, datang petunjuk dari Allah SWT. supaya beliau menikahkan kedua anak kembarnya dimana sang adik Qabil menikah dengan saudari kembarnya Habil yaitu Iqlima. Dan si sulung Habil menikah dengan saudari kembar Qabil yaitu Ludza. Selanjutnya beliau mengumpulkan anak-anak kembarnya dan beliau menuturkan bahwa beliau mendapat perintah dari Allah SWT seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Persoalan muncul, saudari kembar Qabil relatif lebih cantik dari saudari kembar Habil, tentu saja Qabil tidak bisa menerima perintah tersebut sehingga dengan berbagai alasan dan nasehat-nasehat Nabi Adam as. tetap Qabil tidak mau bergeming dengan sikapnya untuk tidak mau menerima perjodohan tersebut. Saat tersebut merupakan awal munculnya daya tarik laki-laki terhadap kesempurnaan rupa dari seorang perempuan. Saat bersamaan sifat iri, emosi, dongkol, membangkang, posessif, mau menang sendiri, dan sifat negatif manusia menampakkan diri secara utuh.
Seorang Rasul seperti Adam as. sangat terkejut dengan kenyataan yang diterimanya, beliau jelas bingung menghadapi kenyataan seperti ini, tidak ada pengalaman sama sekali yang dimilikinya. Beliau hidup sendiri, kemudian diciptakan sang kekasih Siti Hawa, tapi saat itu tidak ada persaingan, belum ada laki-laki lain maupun wanita selain Siti Hawa. Sifat yang dimilikinya menyenangi perdamaian, menyukai kebersamaan dalam kehidupan rumah tangga. Berhari-hari belum juga ada inspirasi dalam memecahkan persoalan pelik yang dihadapinya lalu beliau pergi ke Mekah untuk berhaji sekembali dari sana dia berdoa mohon diberikan petunjuk sehingga Allah kemudian berkata pada Adam as., kamu lakukan undian siapa yang mendapat Iqlima dan Ludza dari keduanya. Hasil undian ternyata Iqlima saudari kembarnya Habil harus dipersunting oleh Qabil dan si cantik Ludza jatuh ke tangannya Habil. Keputusan tersebut membuat Qabil marah besar, dia yang tadinya berharap bisa menikahi saudari perempuannya sekarang harapan tersebut sudah pupus, dia ancam kakaknya, saya akan bunuh kamu, saya tidak rela melihat kamu bahagia diatas penderitaan saya.
Habil memohonkan maaf kepada Allah atas ucapan adiknya, karena dia menyebabkan adiknya tidak bahagia dan selanjutnya lebih memilih cara-cara damai dalam mencari solusi dalam pemecahan masalah. Allah menerima permintaan maaf hanya dari orang yang taat menjalankan perintah dan taqwa kepadaNya, bukan dari orang yang mengingkari perintahNya.
Didalangi oleh setan yang membujuk Qabil agar membunuh saudaranya dengan memukulkan batu kekepalanya sehingga saat itu juga Habil tewas dengan bersimbah darah.Mayatnya dibiarkan, kemudian dibawa berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk menyembunyikannya, dia bingung mau diapakan jenazah Habil. Dia terduduk dengan perasaan bersalah. Setelah merasa letih karena berhari-hari belum tahu juga mau diapakan mayat saudaranya sampai-sampai mayit telah mulai hancur dan membusuk. Sebagai rasa kasihan Allah padanya, dipertontonkanlah pada Qabil bagaimana menyelenggarakan jenazah, sepasang burung diperlihatkan dihadapannya sedang berkelahi sampai kemudian seekor dari burung tersebut mati, lalu yang hidup membawa yang mati ketempat tanah yang lunak, melalui paruh dan cakarnya dia kais tanah sehingga berbentuk lubang kemudian temannya yang mati ditanam dalam lubang tersebut dan terakhir lubang tersebut ditimbun lagi dengan tanah bekas galian sebelumnya. Itulah pelajaran pertama penguburan mayat.
Adam as. mulai cemas dengan kepergian putranya yang belum pulang-pulang, saat Qabil pulang lalu dia bertanya, nak kenapa kamu pulang sendirian? dimana abangmu Habil? Qabil yang masih bingung, merasa bersalah dan berdosa, ditanya begitu dia menjadi gugup dengan sedikit emosi dia menjawab saya tidak tahu kemana dia, apalagi saya bukan yang harus menjaganya setiap saat. Disaat itu mengertilah beliau kalau anak yang disayanginya telah tiada dan beliau merasa sangat sedih sekali.
Ibn Asaker mengisahkan, rasa sedih yang mendalam dialami oleh Nabi Adam as. atas kepergian putranya Habil yang terbunuh karena kebencian saudaranya Qabil dijalaninya sepanjang 70 tahun.
Abu Abdillah berkisah; Nabi Adam as. sangat berduka atas terbunuhnya Habil sehingga beliau tidak mendatangi Siti Hawa selama 500 tahun.
Menurut kisah yang diceritakan Ali bin Abi Thalib: peristiwa Qabil membunuh Habil diwujudkan pada hari Rabu, akhir bulan.
Dari Siti Hawa, Adam as. memperoleh 20 (dua puluh) anak kembar, dan satu anak lelaki bungsu yang dipanggil dengan nama Syaits. Di usia dewasa Syaits, Allah Yang Maha Kuasa menurunkan seorang bidadari atau malaikat dengan panggilan Na’imah kepada Adam as. untuk dijodohkan dengan putra bungsunya. Dari perkawinan mereka lahir seorang puteri yang diberi nama Huriyyah.
Saat Habil terbunuh, istrinya sedang mengandung anaknya. Ketika jandanya Habil melahirkan seorang anak berjenis kelamin putra, Adam as. memberinya nama Habil seperti nama anaknya yang sudah terbunuh.
Habil yunior oleh Nabi Adam as. atas petunjuk Allah SWT. dijodohkan dengan Hurriyah, putri dari anaknya Syaits. Dari keturunan merekalah semua manusia yang ada saat ini.
Adam Abul Basyar (bapak manusia) hidup selama 930 tahun, riwayat lain menyatakan 1000 tahun. Usianya dari waktu ditiupkan ruh kedalam jasad sampai beliau berpulang kehadirat Allah SWT. adalah 1030 tahun. Dipenghujung usia beliau, menderita demam selama 10 hari, kemudian beliau wafat pada hari Jumat bertepatan dengan tanggal 11 Muharam. Beliau di makamkan di dalam gua Bukit Abu Qubais, wajahnya dihadapkan ke arah Ka’bah. Siti Hawa menyusul beliau setahun kemudian, setelah menderita sakit selama 15 hari, dan dikuburkan disamping kuburan Adam as.
Abu Dhar menceritakan apa yang telah diterima oleh Rasulullah saw. dari RabNya; setelah Adam as. meninggal dunia, tanggung jawab kepemimpinan diserahkan pada anaknya Seth, dia orang yang paling banyak menerima ilmu dari Allah SWT dari 104 yang diturunkan ke bumi 50-nya di turunkan lansung ke Seth. Saat Seth menyusul bapaknya, suksesi kepemimpinan jatuh ketangan anak beliau Anoush .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar