Selasa, 12 Januari 2010

Idris as., Menghidupkan yang Wafat, Diangkat Kesisi-Nya

Nabi Idris as. adalah seorang Nabi yang dibanggakan Allah swt. karena mempunyai sifat yang lurus dan olehNya ditinggikan derajadnya (QS: Maryam; 56-57) disebabkan kesabaran dan keshalehan yang dia miliki (QS: Al-Anbiyya; 85-86).


Idris as. lahir, dibesarkan, dan belajar agama sesuai dengan ajaran yang dianut oleh Nabi Adam as. di Babilonia. Beliau anak Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syaits. Dia adalah kakek dari ayahnya nabi Nuh as. Tubuhnya tinggi besar, dadanya bidang lagi lebar, saat beliau berjalan langkahnya pendek-pendek.

Ketika dia beranjak dewasa, sebagian besar kaumnya yang menetap di Babilonia menjadi kafir kepada Allah SWT., beliau berusaha mengajak kaumnya kembali ke jalan yang benar agar mereka tidak dimurkai olehNya. Berbagai macam upaya beliau lakukan agar masyarakat Babilonia mau mengikuti ajaran-ajaran yang telah disyiarkan oleh nenek moyang mereka tetapi hanya sebagian kecil saja dari mereka yang menjadi pengikutnya.

Upaya beliau mengajak kaumnya beriman kepada Allah SWT. dengan sabar tidak membuahkan hasil, lalu beliau memutuskan untuk Hijrah ke Mesir bersama pengikutnya. Tujuan utamanya adalah untuk menyiarkan agama yang dianut dia dan leluhurnya yaitu berbuat kebenaran, berlaku adil, bersembahyang, menjalankan puasa di hari-hari tertentu dan bersedekah kepada fakir miskin.

Diriwayatkan, bahwa beliau merupakan orang pertama dari keturunan Adam as. dan Seth yang diberi gelar orang yang cinta kedamaian dan pionir menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan dengan pena. Kemahiran lainnya yang dimilikinya adalah menjahit, karena yang pertama memperkenalkan pakaian dijahit adalah beliau. Mukjizat juga diberikan oleh Rabb kepadanya berupa ilmu nujum, hisab, astronomi, dan menghidupkan orang yang sudah meninggal.

Mukjizat menghidupkan anak yang meninggal dikaitkan dengan salah satu doa beliau kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Dampak dari kekufuran umatnya adalah dikala doa beliau yang berbunyi: Aku bermohon kepadaMu agar Engkau menunda hujan kepada penduduk negeri ini dan sekitarnya sampai aku meminta kembali padaMu untuk menurunkannya.

Nabi Idris as. mengasingkan diri kesebuah Goa, sepanjang siang hari bertasbih dan berpuasa, beliau dicukupi kebutuhannya oleh Allah Azza wa Jalla dengan makanan yang dibawakan oleh malaikat di sore hari, ketika gelap malam beliau mengambil makanannya untuk berbuka puasa, melaksanakan shalat malam, dan masuk keperaduan (tidur).

Kemarau yang berkepanjangan akhirnya meninggalkan kesengsaraan yang amat sangat sehingga kaumnya harus mencari sumber makanan jauh dari desa mereka. Lamanya kemarau menerpa kaum tersebut menyadarkan mereka untuk memohon hujan kepada sang Rabb sekaligus bertobat atas perbuatan kemungkaran mereka selama ini kepada Allah SWT.

Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menerima tobat mereka, tapi karena sebelumnya Tuhan sudah mengabulkan doa nabi Idris as., lalu Allah mewahyukan kepada hambanya yang shaleh tersebut bahwasanya kaummu telah melaksanakan pertobatan dan Aku sudah mengampuni mereka. Wahai Idris, mohonlah kepada-Ku agar hujan diturunkan di negerimu. Idris mengingat dosa-dosa kaumnya, Ya Rabb, rasanya belum setimpal hukuman yang mereka terima, jadi waktu ini aku belum mau bermohon kepada Engkau.

Satu kali lagi Allah melalui malaikat bersabda kepada Idris as.: wahai Idris yang membenarkan firman-Ku, mohonlah kepada-Ku agar kemarau ini disudahi. Nabi Idris tetap bersiteguh, urang Sunda bilang “keukeuh”, wahai Rabb, aku belum mau menyudahi siksamu ini.

Allah memanggil malaikat yang setiap sore mengantarkan makanan bagi nabi Idris; wahai hambaku mulai hari ini, stop makanan untuk hamba-Ku, Idris. Sore datang, makanan belum sampai, ditunggu sampai pagi makanan juga tidak muncul berikut dengan malaikatnya. Lapar ditahan, hari kedua, sore lagi, belum juga terlihat malaikat yang biasanya mengantarkan makanan, pagi lagi, tubuhnya mulai kekurangan gula darah, tubuh terasa lemas. Hari ketiga, kekuatan fisik beliau menurun tajam, akhirnya beliau berkeluh-kesah kepada Rabb: Wahai Rabbku, yang Maha Esa lagi Maha Mulia, Engkau telah menahan pemberian rezekiku sebelum Engkau mencabut rohku.

Keluh-kesah hambanya ditanggapi oleh sang Maha Raja pencipta Alam Semesta; wahai Idris, sabda Allah; engkau baru tiga hari tiga malam tidak dapat makanan dari-Ku, begitu cemasnya engkau, lihatlah kaummu, bertahun-tahun Ku-coba dengan tiadanya hujan, tidakkah engkau peduli? Kenapa engkau tidak mau memenuhi permintaan-Ku?

Mulai saat ini, keluarlah dari goa-mu, Aku menyerahkan rezeki-mu dengan upaya dari diri-mu sendiri.

Turun gunung, keluar dari goa, berjalan tertatih, gurat ketuaan menghiasi roman muka Idris as., dikejauhan terlihat titik menyerupai rumah, secercah harapan bersemi di atas rasa lapar yang amat sangat, jauh, jauh rasanya langkah kaki yang terseret-seret. Asa dari titik yang terlihat menguatkan langkah yang ingin bersegera menuju kesana. Seorang ibu dengan dua potong roti, Idris as. mengucap salam, assalamulaikum, Ibu yang papa menjawab; waalaikum salam. Sedikit berbasa basi, tamunya kemudian berkata, beri aku sepotong dari roti-mu, aku lapar sekali. Tiga hari sudah perut ini belum terisi oleh makanan apapun. Ibu yang papa menjawab, dua potong ini yang tersisa, inilah akibat doa yang dipanjatkan Idris as, kemudian beliau menghilang, kaumnya harus menjalani prosesi kehidupannya yang tersisa. Pemilik rumah menyarankan tamunya, please, carilah makanan di daerah lain, disekitar sini Anda akan menjumpai hal yang tidak berbeda dengan yang Anda lihat disini.

Mohon Bu, sepotong roti-mu sanggup menahan dengannya roh-ku, darinya ku akan cari makanan di negeri tetangga. Mengalir rasa iba si Ibu, aku memang punya dua potong roti seperti yang engkau lihat, disini aku tidak sendirian, ada anakku, jadi satu untuk dia, satu lagi bagianku. Jadi bila kuberikan pada-mu, aku bak makan buah si malakama, bagianku kuserahkan untukmu, aku yang celaka, jika bagian anakku engkau makan, anakku akan mati.
Tamunya, tak pernah putus asa, akalnya, ilmunya mengalir terus, berpikir. Sontak tamunya berucap, bu, begini saja, bagian anak-mu dipotong jadi dua bagian, sebagian untuk anak-mu, bagian yang lain berikanlah untuk-ku, niscaya anakmu tidak akan mati dan aku juga dapat menyambung hidup untuk mencari nafkah di daerah tujuanku nantinya.

Rayuan tamunya, meluluhkan hati si ibu, mereka makan roti bersama, si ibu dapat sepotong roti, sang tamu kebagian setengahnya hasil berbagi dengan anak si ibu pemilik rumah. Saat mereka menyantap roti, si anak pulang ke rumah, roti tinggal separuh, ada tamu lagi, dia lihat tamunya makan roti bagiannya, dia terkejut. Kemudian dikisahkan anak tersebut berpulang keharibaan Allah SWT.

Si Ibu pemilik dua potong roti sangat bersedih atas kejadian tersebut, berkata dia pada tamunya; wahai hamba Allah, engkau telah menyebabkan kematian puteraku karena kecemasannya pada makanannya.

Tamunya mendekat, menghibur si ibu, janganlah sedih wahai ibu, sungguh aku akan bantu ibu untuk menghidupkan kembali putera-mu atas izin Sang Penciptanya, Allah Tabaraka wa Ta’ala. Digapainya lengan sang anak, dipegangnya, dan berdoalah ia: wahai ruh yang telah keluar dari tubuh kecil ini, dengan seizin Allah kembalilah ketubuhnya lagi, sesungguhnya aku Idris as. Allah mengabulkan doa sang tamu, si anak hidup lagi, ibu itu terlihat sukacita.

Ibu dengan anak berpelukan, mereka menyampaikan berita sukacita pada seisi negeri bahwasanya Idris as. telah berada bersama kita lagi. Akhirnya beliau memohon kepada Allah Azza wa Jalla, wahai Rabb-ku, turunkanlah bagi negeri ini air hujan, dan bagi yang mengingkari Engkau, binasakanlah mereka semua. Awan hitam kemudian menutupi negeri tersebut, halilintar menyambar-nyambar dengan cahayanya dilangit gelap, hujan dengan derasnya mengucur bagaikan bah membasahi tanah yang puluhan tahun mengering.

Ibnu Abbas kemudian meriwayatkan, karena kebenaran, kesabaran, dan keshalehan yang dimilikinya beliau diangkat kesisi-Nya oleh Allah SWT. dan dia masih hidup.

Tidak ada komentar: