Ali bin Musa ar-Rhida ra. bercerita tentang kisah seorang nabi yang hidup diantara para nabi yang lain, diceritakan oleh Rasulullah saw.:
Suatu malam Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu pada seorang nabi, beliau itu hidup ditengah kaumnya. Dia berfirman kepadanya: Jika waktu pagi sudah datang, apapun yang mendatangi engkau pertamakali, makanlah ia; yang berikutnya datang rahasiakanlah dia; yang ketiga berjumpa dengan-mu terimalah dia; yang keempat kamu temui, janganlah engkau kecewakan dia; dan yang terakhir bersua dengan-mu, menjauhlah darinya.
Setelah sepanjang malam beribadah kepada Allah, tidak terasa fajar telah menerangi pagi. Nabi tersebut teringat akan titah Allah SWT. semalam padanya, ia bangkit dari tempat peribadatannya menyonsong cahaya matahari pagi, berlalu sekian lama, tanpa dinyana dia telah berhadapan dengan sebuah bukit berwarna gelap. Teringat ia akan sabda Allah, jika engkau pertamakali melihat sesuatu, makanlah ia. Agak kaget berbaur dengan kebingungan, nabi tersebut tersentak, beliau berhenti, bukit ini harus aku makan, katanya pula. Tapi beberapa detik kemudian hati kecilnya berbisik, sesungguhnya jika Rabb-mu Jalla Jalaluh (Yang Maha Agung Keagungan-Nya) menyuruhmu melakukan sesuatu pastilah perintah tersebut disesuaikan dengan kemampuan yang kamu miliki. Dengan optimisme dan ikhlas diri beliau terus berjalan menghampiri bukit hitam yang menjulang tinggi, tetapi semakin dekat dengan keberadaan bukit tersebut bukit tersebut malah bukan semakin besar seperti biasa kita alami jika kita pergi mendaki gunung, semakin dekat jaraknya, bukitnya malah semakin mengecil akhirnya sesampai di bukit itu yang ditemui bukannya bukit tetapi makanan, ingat akan perintah Allah semalam, yang pertama engkau jumpai cicipilah ia, beliau dengan mengucap basmalah menyantap hidangan yang ditemuinya, dengan lahap beliau habiskan makanan tersebut kemudian diakhiri dengan berucap hamdallah.
Selanjutnya nabi Allah tersebut meneruskan perjalanan, apakah gerangan yang akan dijumpainya? Berjalan beliau menyisiri jalan, dijumpainya sebuah kantung tergeletak dijalanan, ditolehkan matanya kekanan, kehadapannya, kekiri, kebelakangnya, dan kembali kehadapannya untuk mencari-cari siapakah pemilik kantong yang dijumpainya dan berada dalam pegangannya. Di ulanginya lagi yang barusan beliau kerjakan tapi tetap tidak melihat siapa-siapa, diputuskannya untuk membuka kantung tersebut dan kagetlah ia, isinya ternyata perhiasan berupa emas dan berlian. Dia tertegun sebentar kemudian teringat dia akan Firman Allah, jika engkau menemukan sesuatu berikutnya rahasiakanlah penemuanmu. Apa makna perintah Allah ini pikirnya, lalu dia putuskan untuk menguburkan temuannya ditempat tersembunyi. Lalu dia melangkahkan kakinya dari tempat tersebut, sebelumnya dia memastikan dengan menoleh kebelakang apakah barang tersebut aman, kaget dia, ternyata kantong tersebut keluar dari lobang galian tempat dia disembunyikan, tapi nalurinya menyuruh dia melanjutkan perjalanan lagi.
Belum jauh beliau menikmati perjalanannya, dua ekor burung terlihat terbang di dekatnya. Seekor burung dengan ukuran yang tidak terlalu besar, warnanya sungguh sangat menawan, sehingga dia tertarik dengan keberadaan burung tersebut, terbang diikuti oleh seekor burung berukuran besar si Rajawali, dengan sepasang kaki yang kokoh dan kuku kakinya yang tajam. Matanya yang tajam memancarkan kekejamannya, terus menguntit burung pertama. Sejauh mata memandang hanya hamparan gurun yang terpampang dimatanya, kelelahan di kejar burung Rajawali, burung yang indah tersebut terbang mendekatinya, satu-satunya harapan tempat berlindung dari mangsa si Rajawali adalah sang nabi. Beliau secepat kilat diingatkan dengan wahyunya semalam, terimalah ia (perintah ketiga dari Allah SWT.) di ulurkan tangannya, di buka lebar-lebar lengan bajunya, si burung yang indah menawan seketika lansung menyelinap masuk ke balik lengan bajunya.
Dia lega, si burung kecil aman sudah dibalik lengan bajunya. Tapi hatinya, nuraninya merasa iba dengan burung Rajawali, matanya penuh kecewa terlihat olehnya, makanan satu-satunya untuk makan, dia dan anaknya tiba-tiba hilang, kemana lagi makanan akan dicari gumamnya. Sang nabi kembali oleh Allah diingatkan akan wahyu semalam, pesan keempat dari perjalanannya adalah janganlah engkau mengecewakan dan menjadikan yang lain berputus asa. Kalbunya diingatkan hal sedemikian, meskipun dengan perasaan kasihan yang amat sangat dan berat ia mematahkan satu dari sepasang kaki burung yang telah aman berada di balik lengan bajunya, lalu disodorkan ke burung Rajawali, dengan tangkas kakinya mencengkram potongan paha burung nan elok rupa lalu dia terbang menjauh darinya.
Kakipun kemudian di ayunkan lagi oleh sang Nabi, menempuh perjalanan berikutnya, di kejauhan terlihat berbagai macam binatang saling mengkerubuti bangkai seekor unta, bangkai tentu tidak jauh dengan busuk dan ulat, bau dan menjijikkan, setelah dia dekati itu benar adanya. Saat itulah dia ingat pesan kelima dan terakhir dari Allah Azza wa Jalla, lari, larilah kamu, larilah nabi tersebut pulang.
Nabi Muhammad SAW. mengakhiri cerita diatas dengan bertanya kepada para sahabat, dari cerita yang tadi aku re-ceritakan kepada kalian wahai sahabat-sahabatku, pesan apa sebetulnya yang diinginkan Rabb kita kepada nabi, saudaraku tersebut. Serempak, sahabat-sahabat menggelengkan kepalanya tanda mereka belum paham tentang makna yang di wahyukan kepada nabi penerima firman Allah tersebut.
Menurut Firman Allah, makna dari wahyu di atas adalah sebagai berikut:
Gunung itu ibaratnya kemarahan, seseorang jika sedang marah, dia tidak akan melihat dirinya dan kedudukannya. Tetapi, bila si marah mengenali dirinya dan kedudukannya, lalu dia mampu memenej kemarahan tersebut, maka yang akan diperolehnya adalah seperti dia sedang menyantap makanan yang sangat lezat.
Kantong berisi emas berlian bisa di korelasikan dengan amal shaleh, bilamana seorang hamba Allah merahasiakan amal ibadahnya dan menyembunyikannya, Allah SWT. senantiasa menampakkan kebaikan untuknya ditambah pahala akhirat yang disimpan Tuhan untuknya.
Burung, umpama seseorang yang datang berbagi nasehat kepada kita, terimalah kedatangannya dan camkanlah nasehat mereka.
Burung Rajawali, bagai orang yang datang kepada kita karena suatu kebutuhan, maka sebaiknya layanilah mereka dengan baik dan seyogiyanya jangan kita mengecewakan mereka.
Bangkai, dia itu merupakan gunjingan, gunjingan itu adalah fitnah, itu tidak baik dikerjakan sehari-hari, akan menimbulkan malapetaka bagi kita, menimbulkan perselisihan dan perkelahian antara sahabat dan keluarga kita, akan menimbulkan gontok-gontokan, dan bisa menyebabkan peperangan. Karena itulah Allah Azza wa Jalla berkata: larilah, hindarilah pekerjaan tersebut.
Suatu malam Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu pada seorang nabi, beliau itu hidup ditengah kaumnya. Dia berfirman kepadanya: Jika waktu pagi sudah datang, apapun yang mendatangi engkau pertamakali, makanlah ia; yang berikutnya datang rahasiakanlah dia; yang ketiga berjumpa dengan-mu terimalah dia; yang keempat kamu temui, janganlah engkau kecewakan dia; dan yang terakhir bersua dengan-mu, menjauhlah darinya.
Setelah sepanjang malam beribadah kepada Allah, tidak terasa fajar telah menerangi pagi. Nabi tersebut teringat akan titah Allah SWT. semalam padanya, ia bangkit dari tempat peribadatannya menyonsong cahaya matahari pagi, berlalu sekian lama, tanpa dinyana dia telah berhadapan dengan sebuah bukit berwarna gelap. Teringat ia akan sabda Allah, jika engkau pertamakali melihat sesuatu, makanlah ia. Agak kaget berbaur dengan kebingungan, nabi tersebut tersentak, beliau berhenti, bukit ini harus aku makan, katanya pula. Tapi beberapa detik kemudian hati kecilnya berbisik, sesungguhnya jika Rabb-mu Jalla Jalaluh (Yang Maha Agung Keagungan-Nya) menyuruhmu melakukan sesuatu pastilah perintah tersebut disesuaikan dengan kemampuan yang kamu miliki. Dengan optimisme dan ikhlas diri beliau terus berjalan menghampiri bukit hitam yang menjulang tinggi, tetapi semakin dekat dengan keberadaan bukit tersebut bukit tersebut malah bukan semakin besar seperti biasa kita alami jika kita pergi mendaki gunung, semakin dekat jaraknya, bukitnya malah semakin mengecil akhirnya sesampai di bukit itu yang ditemui bukannya bukit tetapi makanan, ingat akan perintah Allah semalam, yang pertama engkau jumpai cicipilah ia, beliau dengan mengucap basmalah menyantap hidangan yang ditemuinya, dengan lahap beliau habiskan makanan tersebut kemudian diakhiri dengan berucap hamdallah.
Selanjutnya nabi Allah tersebut meneruskan perjalanan, apakah gerangan yang akan dijumpainya? Berjalan beliau menyisiri jalan, dijumpainya sebuah kantung tergeletak dijalanan, ditolehkan matanya kekanan, kehadapannya, kekiri, kebelakangnya, dan kembali kehadapannya untuk mencari-cari siapakah pemilik kantong yang dijumpainya dan berada dalam pegangannya. Di ulanginya lagi yang barusan beliau kerjakan tapi tetap tidak melihat siapa-siapa, diputuskannya untuk membuka kantung tersebut dan kagetlah ia, isinya ternyata perhiasan berupa emas dan berlian. Dia tertegun sebentar kemudian teringat dia akan Firman Allah, jika engkau menemukan sesuatu berikutnya rahasiakanlah penemuanmu. Apa makna perintah Allah ini pikirnya, lalu dia putuskan untuk menguburkan temuannya ditempat tersembunyi. Lalu dia melangkahkan kakinya dari tempat tersebut, sebelumnya dia memastikan dengan menoleh kebelakang apakah barang tersebut aman, kaget dia, ternyata kantong tersebut keluar dari lobang galian tempat dia disembunyikan, tapi nalurinya menyuruh dia melanjutkan perjalanan lagi.
Belum jauh beliau menikmati perjalanannya, dua ekor burung terlihat terbang di dekatnya. Seekor burung dengan ukuran yang tidak terlalu besar, warnanya sungguh sangat menawan, sehingga dia tertarik dengan keberadaan burung tersebut, terbang diikuti oleh seekor burung berukuran besar si Rajawali, dengan sepasang kaki yang kokoh dan kuku kakinya yang tajam. Matanya yang tajam memancarkan kekejamannya, terus menguntit burung pertama. Sejauh mata memandang hanya hamparan gurun yang terpampang dimatanya, kelelahan di kejar burung Rajawali, burung yang indah tersebut terbang mendekatinya, satu-satunya harapan tempat berlindung dari mangsa si Rajawali adalah sang nabi. Beliau secepat kilat diingatkan dengan wahyunya semalam, terimalah ia (perintah ketiga dari Allah SWT.) di ulurkan tangannya, di buka lebar-lebar lengan bajunya, si burung yang indah menawan seketika lansung menyelinap masuk ke balik lengan bajunya.
Dia lega, si burung kecil aman sudah dibalik lengan bajunya. Tapi hatinya, nuraninya merasa iba dengan burung Rajawali, matanya penuh kecewa terlihat olehnya, makanan satu-satunya untuk makan, dia dan anaknya tiba-tiba hilang, kemana lagi makanan akan dicari gumamnya. Sang nabi kembali oleh Allah diingatkan akan wahyu semalam, pesan keempat dari perjalanannya adalah janganlah engkau mengecewakan dan menjadikan yang lain berputus asa. Kalbunya diingatkan hal sedemikian, meskipun dengan perasaan kasihan yang amat sangat dan berat ia mematahkan satu dari sepasang kaki burung yang telah aman berada di balik lengan bajunya, lalu disodorkan ke burung Rajawali, dengan tangkas kakinya mencengkram potongan paha burung nan elok rupa lalu dia terbang menjauh darinya.
Kakipun kemudian di ayunkan lagi oleh sang Nabi, menempuh perjalanan berikutnya, di kejauhan terlihat berbagai macam binatang saling mengkerubuti bangkai seekor unta, bangkai tentu tidak jauh dengan busuk dan ulat, bau dan menjijikkan, setelah dia dekati itu benar adanya. Saat itulah dia ingat pesan kelima dan terakhir dari Allah Azza wa Jalla, lari, larilah kamu, larilah nabi tersebut pulang.
Nabi Muhammad SAW. mengakhiri cerita diatas dengan bertanya kepada para sahabat, dari cerita yang tadi aku re-ceritakan kepada kalian wahai sahabat-sahabatku, pesan apa sebetulnya yang diinginkan Rabb kita kepada nabi, saudaraku tersebut. Serempak, sahabat-sahabat menggelengkan kepalanya tanda mereka belum paham tentang makna yang di wahyukan kepada nabi penerima firman Allah tersebut.
Menurut Firman Allah, makna dari wahyu di atas adalah sebagai berikut:
Gunung itu ibaratnya kemarahan, seseorang jika sedang marah, dia tidak akan melihat dirinya dan kedudukannya. Tetapi, bila si marah mengenali dirinya dan kedudukannya, lalu dia mampu memenej kemarahan tersebut, maka yang akan diperolehnya adalah seperti dia sedang menyantap makanan yang sangat lezat.
Kantong berisi emas berlian bisa di korelasikan dengan amal shaleh, bilamana seorang hamba Allah merahasiakan amal ibadahnya dan menyembunyikannya, Allah SWT. senantiasa menampakkan kebaikan untuknya ditambah pahala akhirat yang disimpan Tuhan untuknya.
Burung, umpama seseorang yang datang berbagi nasehat kepada kita, terimalah kedatangannya dan camkanlah nasehat mereka.
Burung Rajawali, bagai orang yang datang kepada kita karena suatu kebutuhan, maka sebaiknya layanilah mereka dengan baik dan seyogiyanya jangan kita mengecewakan mereka.
Bangkai, dia itu merupakan gunjingan, gunjingan itu adalah fitnah, itu tidak baik dikerjakan sehari-hari, akan menimbulkan malapetaka bagi kita, menimbulkan perselisihan dan perkelahian antara sahabat dan keluarga kita, akan menimbulkan gontok-gontokan, dan bisa menyebabkan peperangan. Karena itulah Allah Azza wa Jalla berkata: larilah, hindarilah pekerjaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar