Bagi seorang muslim kata LAA ILLAHA ILLALLAH, merupakan kata yang paling terdepan diucapkan atau diikrarkan sebagai abdi Allah SWT. Adalah Al-Musayyab bin Hazn ra. mengisahkan suatu kejadian sewaktu Nabi mendatangi rumah kerabatnya yaitu paman beliau sendiri Abu Thalib yang saat mana lagi meregang nyawa ketika sedang menjalani proses sakratul maut. Disaat beliau datang sudah banyak kerabat dan handai taulan yang hadir pada saat itu, di antaranya terlihat Abu Jahl bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah. Lalu beliau mendekati sang paman sembari meminta sang paman untuk mengikuti kata-kata beliau dengan melafalkan kalimat Laa Illaha Illallah, dimana saya akan menjadi saksi untukmu nanti disisi Allah SWT. Kedua petinggi Quraish yang hadir dengan lantang berkata kepada pamannya, hei Abu Thalib apakah engkau berani meninggalkan agama yang di yakini oleh Abdul Muthalib? Sesaat kemudian Nabi SAW kembali mengucapkan kalimat yang sama dihadapan pamannya meminta supaya kalimat tersebut dibaca ulang. Kembali kedua kerabat beliau mengingatkan Abu Thalib, akankah engkau meninggalkan ajaran Abdul Muthalib yang selama ini telah engkau anut, akhirnya sang paman berkata dengan suara lantang, aku penganut setia ajaran yang dianut oleh Abdul Muthalib. Setelah mendengar jawaban pamannya, akhirnya Nabi SAW bersabda; Demi Allah meskipun engkau tidak mau mengulang apa yang telah kuucapkan, aku akan tetap membacakan istigfar untukmu selama aku tidak dilarang untuk itu.
Allah SWT, menurunkan surah At-Taubah ayat 113 seperti yang tercantum di awal tulisan ini sebagai koreksi pada Muhammad Rasulullah SAW atas sabda beliau yang telah terucap, jelas sekali tafsiran ayat diatas memberikan peringatan keras terhadap semua orang-orang beriman untuk tidak boleh mendoakan atau meminta ampun kepadaNya bagi kaum musyrikin yang lagi menanti ruhnya diambil oleh malaikat Izrail.
Kalimah Laa Illaha Illallah, adalah perwujudan iman seorang hambanya kepada Allah SWT, iman terhadap Sang Penguasa Alam Semesta pada umat manusia mengalami pasang surut dalam sejarah islam, bila kita melihat kembali kebelakang perkembangan islam keseluruh daratan bumi yang kita huni saat ini, akan terlihat seperti sebuah panjang gelombang longitudinal yang merambat naik dan turun. Ada masanya islam mengalami kejayaan yang bila kita korelasikan dengan sebuah gelombang akan berada pada puncak hal tersebut secara kuantitas semakin banyaknya manusia yang percaya kepada Rabb, Sang Pemilik Arsy dan itu membuktikan kualitas seorang pemimpin Muslim yang sukses di zamannya. Biasanya setelah mencapai puncak kejayaan akan terlihat islam mengalami pasang surut, memang tidak lansung menghujam atau menukik kebawah secara drastis umumnya iman kepada Allah tersebut turunnya berlansung secara gradual sehingga terus menuju ke arah bawah atau dasar suatu gelombang, sebagai pertanda kualitas imannya terhadap RabbNya dari sang pemimpin di masa itu tidak mampu memenej iman rakyatnya sehingga kualitas iman umat islam dimasa kekuasaanya drop, yang berakibat mereka tidak lagi dipercayai oleh rakyatnya karena dengan mudahnya jiwa mereka dikuasai oleh iblis dan syaitan yang pada akhirnya hidupnya berleha-leha tidak memikirkan VISI dan MISI hidup yang di amanah kan Allah SWT padanya. Kondisi seperti ini akan mengalami perulangan terus menerus seperti ditunjukkan karakter alam yang selalu berpasangan, ada siang ada malam, ada tinggian ada lembah, ada hujan ada panas, ini akan berlansung sampai KIAMAT mengakhiri keteraturan perputaran planet-planet mengelilingi matahari sehingga menimbulkan kekacauan orbitnya sehingga saling menimbulkan benturan yang tentunya akan menghancurkan semua benda langit tersebut.
Perkembangan keimanan umat islam terhadap Allah SWT di Indonesia saat ini akan kita tempatkan dimanakah dalam profil sebuah gelombang? Untuk itu mari kita kembali merenungkan beberapa kejadian di bawah ini:
Masih jelas tergambar dalam ingatan kita tayangan di TV, DVD ataupun VCD rekaman kejadian tsunami di Aceh (Sumatera bagian paling utara), Pangandaran (Jawa Barat selatan bagian timur) beberapa waktu lalu yang di awali oleh gejala gempa bumi yang dahsyat yang meluluh lantakkan sebagian besar harta benda dan menidurkan untuk selamanya manusia yang bermukim disekitar bencana serta membuat binatang-binatang menjadi bangkai.
Gunung-gunung berapi sepanjang jalur orogenesa yang tiba-tiba menjadi sangat aktif sehingga beberapa dari mereka menyemburkan lava pijar, sebutlah Gunung Merapi, Gunung Kelud di Jawa Tengah, Gunung Marapi dan Gunung Talang di Sumatera Barat, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda dan tentu banyak gunung lainnya di nusantara ini, di Sulawesi misalnya dan di Indonesia bagian Timur. Karena letusan gunung-gunung tersebut sebagian besar telah merenggut nyawa saudara-saudara kita, membunuh binatang ternak, menghancurkan areal pertanian dan persawahan.
Curah hujan yang tinggi berulang kali terjadi sepanjang tahun, belakangan telah menyebabkan tanah longsor dimana-mana, banjir menerjang apa saja dan menggenangi perumahan penduduk, menghancurkan kekayaan umat manusia dan bila kita renungi kejadian ini dialami setiap tahun meskipun besaran dan ukurannya tidak sama di setiap daerah bencana.
2 tahun lalu ada kesalahan prosedur dalam pemboran minyak bumi pada saat bersamaan aktifitas kegempaan juga meningkat sehingga menimbulkan tragedi LAPINDO. Luasnya genangan lumpur yang bisa disaksikan lansung ataupun terlihat melalui tayangan seluruh stasiun televisi membuat kita sungguh tidak percaya, tragedi terbesar di awal abad ke 21 ini ada di negeri kita tercinta. Berapa kerugian materi yang dialami oleh saudara-saudara kita yang lansung berhadapan dengan bencana tersebut sungguh tidak ternyana juga efek domino yang ditimbulkan oleh tragedi tersebut bagi kehidupan berbisnis, perdagangan, pendidikan dan lainnya di Jawa Timur sungguh sangat luar biasa dan SEMBURAN LUMPUR itu masih berlansung sampai detik ini entah kapan akan berakhir, Wallahu Alam.
Korupsi yang teridentifikasi, telah dan sedang menjalankan proses persidangan BAGI PELAKUNYA, boleh di bilang sangat menakjubkan “”” MENAKUTKAN’’’’’ kita anak negeri ini. Melibatkan mantan petinggi polri, anggota DPR dan mantannya, jaksa, mantan petinggi-petinggi di BI dan yang masih aktif, mantan Menteri, sungguh heboh apalagi mereka-mereka sebelumnya adalah idola bagi banyak pemuda-pemudi harapan bangsa ini untuk kelak dikemudian hari agar mereka mampu menyaingi atau bahkan melebihi kiprah mereka secara nasional maupun internasional.
Perekonomian dunia yang memburuk akibat kenaikan minyak bumi dan politik perang di Timur Tengah terutama akibat pengaruh invasi Amerika Serikat ke Irak telah membuat dunia makin panik. Indonesia ikut-ikutan panik, HARGA MINYAK DISESUAIKAN dengan harga negara-negara industri yang pendapatan per kapitanya ribuan persen diatas pendapatan rata-rata penduduk Indonesia, minyak tanah menghilang tapi muncul lagi dengan harga yang aduhai meroket, gas yang sebagai suatu alat konversi energi dari minyak tanah mengikuti pendahulunya minyak tanah, sukar dicari, rakyat berteriak-teriak, tiba-tiba muncul dan harganya melebihi harga ‘’’PERTAMAX”’, padahal dalam industri minyak dan gas bumi, gas merupakan by product, produk sampingan kecuali untuk lapangan-lapangan gas tertentu mereka merupakan produk utama.
Penggalan-penggalan paragraf diatas bila tidak dicermati dengan hati-hati sepertinya ada yang tidak berhubungan, sedikit berhubungan, sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya.
Hubungannya tentu sangat erat dengan apa yang tertuang di paragraf berikut ini:
Siapa yang membaca dengan penuh iman, Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu wa anna Muhammadan abduhu warasuluhu, wa anna Isa abdullahi warasuluhu wabnu amatihi wakalimatuhu alqaaha ila Maryam waruhun minhu , waljannatu haq, wannaru haq (Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra.). Artinya, Aku percaya bahwa tiada Tuhan kecuali Allah yang Maha Tunggal dan tidak mempersekutukannya, dan Nabi Muhammad SAW hamba Allah dan utusanNya, dan Isa merupakan hamba Allah dan juga utusanNya dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam juga Isa sebagai ruh yang diciptakan Allah, dan syurga itu adalah Haq begitu juga Neraka adalah Haq (Al- Hadist, Bukhari & Muslim).
Semua kejadian diatas jelas sekali menuju kesatu arah yaitu Iman kepada Allah, bila kita tidur di malam hari, kemudian bangunlah di sepertiga malam dan kita tarik nafas dalam-dalam, renungkan semua bencana-bencana, tragedi yang dipaparkan diatas pasti dan haqqul yakin menyangkut berkurangnya atau terjadinya decrease keimanan kita pada Sang Khalik Yang Maha Agung, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Mulia, dan Yang Maha Berkuasa.
Interpretasi dari kalimat syahadat di atas, jika kita ikhlas beriman kepada Allah niscaya tidak memunculkan fenomena alam berupa bencana, akhlak kita sebagai penikmat Al-Quran dan Al-Hadist pasti mampu membentengi diri dari melakukan perambahan hutan yang melewati batas, berbuat culas, menghalalkan segala cara dalam memenuhi keinginan nafsu jadi pemimpin, penguasa, dan pebisnis, mengadu domba antar etnis, antar pemeluk agama. Bilamana kita mau menerima dan ridha atas teguran Allah SWT seperti tragedi Lapindo pasti kita bisa membuktikan pada dunia kita mampu membuat solusi yang terbaik untuk rakyat yang mengalami musibah tersebut dan bahkan tidak mungkin kelak dikemudian hari anak cucu kita bisa meraup rezeki dari bencana semburan lumpur meskipun saat sekarang tragedi itu adalah cobaan terhadap iman kita terlepas kejadian tersebut diawali oleh kelalaian manusianya.
Marilah kita dengan lapang dada menerima kesemuanya dan menjadikan musibah, tragedi, dan cobaan diatas sebagai alat pemicu untuk mengangkat kembali keimanan yang mulai surut dalam dada kita kepada Allah SWT. Karena Allah tidak segan-segan memberi ganjaran SYURGA (tujuan haqiqi hidup di dunia fana ini) sebagai Haq kaum pemenang yaitu yang mampu memenej keimanannya. Bagi yang kalah menghadapi cobaan Allah tersebut tentunya akan dianugerahi NERAKA sebagai Haq kaum yang suka berbuat kezhaliman.