Jumat, 27 Juni 2008

SENYUM SIMPUL


Senyum simpul merupakan suatu karakter seseorang dalam menyikapi sanjungan begitu juga pelecehan yang dihadapinya. Seseorang yang mampu melakukan seperti ini tentu saja telah matang secara lahiriah dan batiniah sehingga kemampuannya memenej suasana hati benar-benar sudah sesuai dengan tujuan hidup sebagai makhluk yang benar-benar kelak ingin meraih nirwana atau syurga. Setelah hari-hari panjang yang akan kita lewati (mari kita merenung dari waktu baligh menuju ke waktu kepulangan ke alam kubur hanya maksimal sehatnya 50 an tahun, tapi dari waktu sahabat, keluarga, dan handaitaulan beranjak dari tanah tempat kita dibaringkan sampai kelak ditempat mana ruh kita pernah berjanji/berucap sebelum ditiupkan ke jasad kita: Aku berjanji tidak ada Tuhan selain ALLAH SWT, kepada Sang Penguasa Alam saat mana ruh ditiupkan kembali mendiami jasad, puluhan, ratusan, ribuan, jutaan tahun lamanya) menunggu antrian penghisaban terhadap catatan panjang perilaku, rencana, kegiatan, strategi yang kita siapkan dalam menginterpretasikan Firman Allah SWT dan juga Sunnah Rasulullah SAW sepanjang hidup kehidupan yang kita jalani dari akil baligh atau awalnya tanggung jawab yang dibebani oleh Rabb kepada seseorang yang sehat akal dan fikirannya sampai kehidupan tersebut kembali pada Sang Pencipta.
Diingatkan oleh Aisyah RA, sang suami Muhammad SAW hanya tersenyum dalam menikmati kebahagian yang beliau peroleh diantaranya sewaktu meraih kemenangan usai pertempuran menghadapi pemberontak-pemberontak pada Sang Khalik, tertawa saat bersama dengan para sahabat beliau. Belum pernah terlihat tertawa terbahak-bahak sehingga memperlihatkan langit-langit mulut beliau.
Adalah Ibn Abbas RA mencoba mengingatkan kita jauh jauh hari dimasa sejarah beliau bahwasanya disaat seseorang melakukan dosa – dosa pada saat mana mereka masih mampu tertawa terbahak – bahak, maka menurut beliau orang tersebut akan memperoleh award, anugrah , dan piala neraka dan akan terpingkal – pingkal menikmati tangisnya.
Dalam hidup dan kehidupan yang semakin modern, canggih, dan global saat ini banyak kita melihat dalam pertemuan, jamuan, tayangan media elektronik TV, handphone seseorang berkelakar dan berkata pelecehan untuk sedianya menghangatkan suasana yang hambar dan kaku sehingga sahabat, teman, keluarga, dan penonton sekelilingnya tertawa terpingkal-pingkal, terbahak-bahak. Marilah kita ingatkan sahabat, teman, keluarga tersebut untuk ber-Istighfar pada Rabb yang telah menciptakan kita karena Sang Pemberi Kehidupan tersebut sangat murka pada cara-cara demikian dan murkaNya akan juga menimpa orang-orang disekitarnya. Dan bagi siapa saja yang menuangkan buah pikirannya dengan kalimat-kalimat yang di Ridhoi oleh Allah SWT maka orang tersebut dan pendengar dalam majlis atau jamuan, pertemuan tersebut akan diberi Reward Rahmat dari Nya.
Firman Allah SWT, tertawalah sedikit itu lebih baik bagimu (SENYUM), karena tertawa bagi orang mukminin yang beriman merupakan suatu kelalaian dalam menjalankan ibadah ( lupa berdzikir, malas mencari nafkah, alpa menyantuni anak-anak yatim, dlsbnya.). Sehingga bila hamba-hambaku tidak lalai dan alpa terhadap hari di Hisab nanti maka hamba-hambaku akan lupa dengan tertawa.
Pintu syurga akan terbuka lebar bagi orang yang menebarkan senyum, berbicara menyejukkan hati pendengarnya, berdzikir siang dan malam, mencari nafkah dengan halal, menyantuni anak yatim hingga dia lupa dengan tertawa, lupa hanya bermain-main di dunia ini, melupakan korupsi, tidak ingat akan narkoba.

Cibinong 25 Juni 2008

Tidak ada komentar: